Jumat, 17 Desember 2010

Coba lihat sekitar

Desahan nafas masih terasa, menemani rangkaian kebekuan yang mulai menguap. Meskipun bukan pionir yang bersuara dengan sejuta argumentasi yang mampu membuat semua orang tercengah, namun sebagian orang malah mempertanyakan tentang makna eksistensi.

Perbedaan bukannya merupakan hal yang bisa, bukan? karena setiap langkah tak melulu melewati jalan aspal yang mulus, banyak cerita dibalik semua itu yang harus dilalui melalui jalan berlubang, yang curam dan terjal. Bahkan sebagian dari tujuan lebih mudah jika di lalui melalui jalan tikus yang notabene tidak begitu menyenagkan.

Tidak perlu terlalu tercengah saat apa yang terlihat bukanlah yang sebenarnya, karena bumi ini bulat, maka kita bisa melihat dari sudut yang beragam, mungkin saat ini saya melihat dari arah 90 derajat, kamu dari arah 180 drajat, dia dari arah 270 drajat dan mereka dari arah 360 drajat. Melalui pemahaman matimatika saya yang tak seberapa ini, saya rasa jangkauan dan objek yang terlihat pun akan jauh berbeda, lalu mengapa masih kau pertanyakan perbedaan itu?

Suatu hal yang mungkin dirasakan bersama oleh kita dalam rangkaian hidup, toh juga belum tentu terasa sama saat masuk dalam hati dan diterjemahkan dalam fikiran, lalu mengapa harus marah yang mengombara dan menunjukan pada seanterot jagat raya, jika kau murka, dan kau sudutkan satu pihak tanpa kau pernah merasakan jadi orang itu, tanpa pernah kau mencoba melihat dari sudutnya?

Sudahlah...
biarkan itu mengalir, dan jangan juga kau ceramahi, atau kau hina aliran yang tak sesuai seperti apa mau mu? toh hidup mereka, biar mereka yang menjalaninya?


Coba luangkan waktu sejenak, melihat sekitar tarik nafas dan rasakan betapa berwarnanya hiudp ini tanpa perlu kau repot-repot menjustivikasi sikap seseorang 

Sr, 1712200

Tidak ada komentar:

Posting Komentar