Minggu, 02 Januari 2011

Baca Aura Tanpa Punya Sixth Sense

Boro-boro berinteraksi, kenal saja belum. Tapi, anehnya, tanpa alasan yang jelas, kita bisa sebal sekali dengan orang itu. Atau sebaliknya, baru beberapa menit bertemu, rasanya kita seperti sudah kenal lama dengan orang itu. Kenapa bisa begitu? Tanpa kita sadari, tubuh kita melakukan interaksi dengan tubuh lain di sekitarnya melalui pancaran energi elektromagnetik, yang dikenal dengan istilah aura.

Aura inilah yang mengindikasikan karakter, dan kesehatan jasmani serta rohani seseorang. Kemampuan melihat aura ternyata bisa membantu kita mengenal diri sendiri dan lingkungan sekitar, sehingga kita mampu memberikan respons bijak. Kabar gembiranya, tak perlu memiliki indera keenam untuk bisa melihat aura. Cukup kesungguhan hati dan latihan rutin.

1  BUKAN KLENIK
Aura merupakan medan energi elektromagnetik tubuh yang berfungsi sebagai pelindung. Penampakannya seperti lapisan sinar yang membungkus tubuh. Tidak semua orang mempunyai kemampuan melihat medan aura ini. Sebab, warna-warna aura berada empat oktaf di bawah frekuensi warna sinar yang bisa dilihat oleh mata fisik. Mata manusia normal hanya bisa melihat gradiasi warna dari merah sampai ungu (violet). Sedangkan aura memiliki frekuensi berada di bawah warna merah.

”Ilmu membaca aura itu bukan ilmu klenik, seperti yang selama ini disalahpahami oleh banyak orang,” ujar Debra. Pembuktian ilmiah terhadap keberadaan aura sudah banyak dilakukan, bahkan risetnya telah bermula sejak 1935. Ditandai dengan ditemukannya teknologi Foto Kirlian oleh ilmuwan asal Rusia, S. Kirlian. Melalui teknologi ini, Kirlian mampu merekam bias aura eterik atau aura inti tubuh yang berwarna putih.

Pada 1987, Guy Coggings dari Prancis menemukan kamera Progen Aura yang bisa menangkap warna-warni aura emosional yang melapisi bagian luar aura eterik. Sayangnya, dengan alat ini kita hanya bisa melihat hasil jepretan yang bersifat statis. Baru di akhir 1998, Fisslinger asal Jerman, berhasil menemukan teknologi Aura Video Station (AVS). Dengan alat ini seseorang bisa melihat pergerakan auranya secara dinamis di layar monitor.

2  KAYA MANFAAT
Lewat aura, kita bisa mengetahui tingkat kecocokan kita dengan seseorang. Bila pancaran frekuensi getaran dan warna aura di antara kedua orang terlalu jauh berbeda, maka yang terjadi adalah saling ketidakcocokan tanpa sebab. “Sebaliknya, jika pancaran aura kita nyaris sama, maka kita akan mengalami keakraban dan kecocokan dalam berinteraksi, walapun baru pertama kali bertemu,” papar Debra Maria Rumpesak , MsT, Cht., pakar aura dan dosen fisioterapi di Universitas Binawan, Jakarta, ini.

Gradasi warna yang timbul dari medan aura setiap orang mempunyai ukuran, bentuk, dan warna yang berbeda. Dari sinilah kita bisa melihat karakter seseorang. Bila seseorang bisa mengenal pribadinya, tentunya akan lebih mudah baginya untuk mengetahui pendidikan atau karier yang pas dengan kepribadiannya.

3  TIGA SYARAT UTAMA
”Kemampuan membaca aura tidak eksklusif bagi mereka yang memiliki indera keenam saja, tapi bisa dilatih,” tegas lulusan Therapeutics Massage & Wellness Institute, Pittsburgh, Pennsylvania ini. Meski tahapan cara membaca aura banyak dibahas dan bisa diunduh secara gratis dari dunia maya, praktiknya tidak semudah itu. Hanya berlatih memfokuskan padangan dan konsentrasi saja tidak bisa membuat Anda melihat bias aura yang menyelubungi seseorang.

Berikut ini langkah-langkah awal yang perlu Anda kuasai:
1 Munculkan sifat kekanak-kanakan Anda. Anak-anak memiliki hasrat besar untuk mengenal, mengagumi, dan menikmati dunia sekelilingnya dengan sepenuh hati. Lain kali Anda beraktivitas, cobalah untuk melakukan dengan tidak sambil lalu. Tetapi perhatikan setiap sensasi yang Anda tangkap, seperti bentuk, warna, dan rasa dengan lebih saksama.
2 Jangan terlalu mengandalkan logika. Anak-anak selalu mengatakan secara terus terang tentang apa yang mereka pikir dan rasakan.
3 Melakukan relaksasi atau tahapan meditatif. Di sini kita akan belajar memfokuskan diri pada satu pikiran, agar otak kita berpindah ke gelombang alpha. Anda bisa fokus pada proses menghirup dan menghembuskan nafas, atau bisa juga memikirkan sebuah pemandangan.

4  PERTAJAM SENSOR ALAMI
Dalam kondisi meditatif inilah kita belajar mempertajam pikiran yang berlaku sebagai ’antena’ atau sensor alami kita. Ada tiga jenis latihan:
• Mempertajam kemampuan menyentuh. Latihan ketajaman sensor peraba ini akan membantu kita untuk merasakan informasi dari suatu objek atau manusia yang sedang Anda amati. Dengan mata tertutup, dan dengan mengandalkan jari jemari Anda, rasakan berbagai permukaan kain, baik ketebalan maupun teksturnya.
• Mempertajam kemampuan kinesthesia. Caranya cukup sederhana. Setiap kali melakukan aktivitas, rasakan otot-otot dan sendi-sendi Anda bekerja. Latihan ini akan membantu Anda memvisualkan sensasi-sensasi yang muncul di pikiran Anda.
• Mempertajam kemampuan visualisasi. Dalam latihan ini kita belajar membuat pengalaman yang tidak terlihat, atau sebuah kesan yang teramat samar menjadi kelihatan atau konkret, sehingga dapat dideskripsikan. Caranya, visualisasikan sebuah pemandangan dan buat diri Anda merasa nyaman saat melihatnya dan gerakkan gambar dan orang-orang yang ada di dalamnya.

5 AYO coba!
Setelah melakukan seluruh rangkaian latihan secara berulang-ulang, maka saatnya Anda menjajal ilmu. Letakkan suatu benda dengan latar belakang dinding. Fokuskan pandangan Anda pada satu titik di atas benda terebut. Jaga fokus pandangan Anda sampai Anda bisa melihat biasan cahaya yang sangat halus menyelimuti benda tersebut. Inilah yang dinamakan aura.

Cepat tidaknya seseorang belajar membaca aura sangat bergantung pada kadar kepercayaannya terhadap aura itu sendiri. Makin percaya, dan menerima apa adanya, akan makin cepat. ”Asal benar-benar berlatih, dalam sehari pun bisa!” kata Debra, meyakini. Kalau Anda tak cukup sabar untuk belajar, Anda bisa memanfaatkan mesin AVS untuk mengukur kesehatan medan aura, yang meliputi luas dan kepadatan medan energi tersebut.

6  AURA YANG SEHAT
Setiap orang terbungkus oleh tujuh lapisan warna aura, yaitu merah, oranye, kuning, hijau, biru, indigo, dan ungu. ”Hanya, pada tiap orang terdapat aura dominan, yang jenisnya mengikuti karakter orang tersebut,” jelas pemilik aura dominan kuning-hijau ini. Yang pasti, semua warna ini baik dan memiliki kelebihannya masing-masing. Tetapi, yang menjadikannya tidak bagus adalah jika aura tersebut kotor.

Aura yang sehat harus tebal, dengan tepian yang kuat dan isi yang bercahaya, bersih dan murni. “Warnanya bisa apa saja, yang penting harus bersih dan murni,” tekan wanita yang sudah 18 tahun malang melintang di dunia spa dan wellness ini. Kondisi emosional tinggi atau kemarahan, kecemasan, dan provokasi dari luar, merupakan agen polutan yang bisa membuat aura kita menjadi keruh.

7 DETOKS AURA
Dalam kondisi buruk, tepian aura yang membentengi kita akan menipis dan kehilangan kekuatannya, sehingga mudah didominasi atau diprovokasi orang. Di sinilah akan berlaku hukum resonansi: alam selalu menghendaki keselarasan. Masalahnya, ke mana keselarasan itu akan mengarah, menuju kebaikan atau keburukan? ”Kalau aura kita bagus, maka orang akan beresonansi mengikuti kita. Demikian sebaliknya, kalau benteng pertahanan aura kita jelek, maka kitalah yang akan terbawa buruk,” jelas Debra.

Untungnya, tak perlu membayar mahal untuk meruwat aura buruk. Sama seperti belajar membaca aura, ‘detoks’ aura ini pun bisa kita lakukan sendiri. Melalui tahapan meditatif, kita meniatkan diri untuk melakukan afirmasi bahwa aura kita itu lebar, tepinya kuat, dan isinya bercahaya, bersih, dan murni. Ikuti langkah ini dengan memvisualisasikannya.

Aura yang kuat akan menarik kepingan puzzle kehidupan yang mendukung passion orang tersebut. Dengan cara ini seseorang akan bertemu dengan orang-orang beraura sama yang bisa mendukung kemajuan kariernya. Sebaliknya, jika auranya tidak muncul, maka puzzle itu akan tetap terserak. Aura yang sehat akan memancarkan pesona dan memunculkan inner beauty pemiliknya. Warna aura yang bersih akan memberi energi yang menyehatkan bagi psikis dan fisik, serta melindungi diri agar tidak mudah didominasi oleh orang lain.


8 BISAKAH MENGUBAH WARNA AURA?
Menurut Debra, warna aura dasar seseorang yang terkait dengan karakter ini relatif konsisten. Tetapi, dalam kondisi tertentu, kita bisa menyeimbangkan pengaruh buruk aura dengan warna-warna tertentu. Misalnya, orang beraura biru yang memiliki kecenderungan sensitif, saat kondisi emosionalnya turun, disarankan untuk tidak memakai warna biru agar tidak menjadi lebih mellow.

“Untuk menetralisasi, sebaiknya ia memakai warna-warna lain yang membawa efek ceria atau mengangkat mood,” sarannya. Meski demikian, ia lebih menganjurkan jalur meditatif untuk membersihkan aura, daripada menggantungkan diri pada “terapi’ warna, yang menurutnya kurang signifikan.

Penulis: Naomi Jayalaksana


Tidak ada komentar:

Posting Komentar