Jumat, 22 November 2013

Bagaimana menyikapi pergerakan rupiah agar tidak terjadi kepanikan ditengah masyarakat

Baru awal tahun 2013 kita merasa nyaman dengan kestabilan rupiah yang masih bertengger dikisaran Rp. 9000 per Dollar AS. Namun.  Pertengahan bulan rupiah kian melemah menuju ke Rp. 10.000 terhadap Dollar AS. Begitu pemerintah menaikan harga BBM, maka rupiah merambat naik dan sempat menembus kisaran Rp. 11.000. Inflasi Indonesia mulai di gembar gemborkan oleh media massa, nilai saham merosot tajam. masyarakat yang menjadi investor di beberapa saham lokal ikut merasakan dampaknya , pasalnya saham saham ikut merosot hingga bersisa 30% dari modal awal. Panik selling mulai terjadi di sektor keuangan dan saham, yaa… akibatnya rupiah terus tertekan dan saham mengalami hal serupa.

Berbagai pendapat para ahli keuanganpun beredar, Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menilai pelemahan rupiah lebih disebabkan faktor sentimen daripada fundamental. Jumat 23 Agustus 2013 rupiah menyentuh 11.035 dan siang hari bergerak melemah lagi 100 pip. Para pejabat moneter Indonesia masih belum berkomentar dan mengatakan bahwa kondisi fundamental keuangan masih kuat, dan krisis tidak mungkin berlarut kilahnya. Presiden beserta stafnya mulai merancang retorika dan konsep untuk menimbulkan sentimen positif terhadap rupiah dengan berbagai kebijakan kebijakan.  Semoga bukan sekedar obat penenang dan penghilang rasa sakit sementara.


Paket kebijakan yang dirumuskan oleh pemerintah dianggap oleh sebagian tokoh dianggap  paket penyelesaian masalah ekonomi yang berjangka panjang hingga perbaikan nilai tukar rupiah tidak dapat berlangsung dengan segera.

Lihat saja pernyataan, Ketua Dewan Hortikultura Indonesia, Benny Kusbini yang mengkritik kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah tidak menyentuh kepada pembangunan ekonomi rakyat.  Namun sayangnya, Paket kebijakan tersebut tetap dijalankan oleh pemerintah walaupun ada oknum-oknum yang menilai kebijakan tersebut tidak berdampak langsung terhadap perbaikan nilai tukar rupiah. 

Dilain sisi sejumlah pengamat menilai paket kebijakan tersebut telah membuktikan dapat memperbaiki keadaan perekonmian Indonesia saat ini. Respons positif terlihat posisi dari nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang menguat menjadi 10.845 per dollar AS pada penutupan terakhir .

Penguatan rupiah tersebut disebabkan berbagai faktor termasuk respon positif investor terhadap paket kebijakan pemerintah dan BI. Disisi lain, paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia telah dijelaskan kepada 540 investor asing dari seluruh dunia. Walaupun pasca pengumuman paket kebijakan masih terjadi tekanan di pasar uang tidak membuat pemerintah Indonesia gentar untuk menormalkan nilai tukar rupiah.

Sudah sepatutnya kita sebagai warga negara yang baik mendukung jalannya roda pemerintah dan mendukung kebijakan yang diambil oleh pemerintah kita. Indonesia ke depannya akan semakin membaik, karena kemajuan dunia internasional akan terus berjalan dan hal tersebut akan berdampak pada kemajuan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Mari kita bersama-sama menyongsong masa depan bangsa Indonesia yang cerah dengan lebih mempercayai pemerintah kita sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar