Jumat, 22 November 2013

Anak harus bersosialisasi secara real (karena masyarakat skrng mulai individual)

Tangan hampir tak pernah berhenti untuk mengetik sesuatu dari ponsel atau pun gadget lainnya. Bahkan saat ada orang lain di sebelah, seakan memunculkan sikap acuh tak acuh dengan orang yang berada di sebelahnya. Dan ketika diajak berbincang, yang terlontar adalah kata “Maaf, saya sedang chatting dengan teman saya, mumpung dia sedang online.”

Dengan adanya teknologi yang sangat canggih, kita dapat berkomunikasi dengan teman-teman maupun keluarga di penjuru dunia. Namun sadarkah kita, bahwa perkembangan teknologi, media, dan gaya komunikasi kebanyakan orang, sudah mengarah pada situasi yang cukup memprihatinkan? Sebuah fenomena baru muncul, “Teknologi dan media mampu mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat.”

Kita didekatkan kembali dengan teman, saudara, maupun kolega melalui media komunikasi yang canggih seperti internet dapat melakukan webcam dengan saling bertatap wajah melalui layar monitor, mengakses jejaring sosial seperti facebook maupun twitter, layanan chatting yang sekarang ini tidak hanya melalui internet namun juga dapat diakses di ponsel. Bahkan mengirimkan pesan melalui email juga kini dapat diakses melalui ponsel dengan sangat cepat. Namun  menjadi jauh dengan teman, saudara, dan kolega yang ada di dekat kita karena   terlalu sibuk dengan teknologi dan media yang  gunakan. Kita sibuk dengan chatting, kirim e-mail, bermain facebook, twitter. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan komunikasi yang trend saat ini. Kesibukan tersebut membuat  orang tidak memperdulikan orang lain yang ada di dekatnya.  berjumpa dan duduk di kursi yang berdekatan, namun masing-masing sibuk dengan teknologi dan media yang digunakan.

Saking seringnya menggunakan teknologi dan media tersebut, kita menjadi seperti pecandu, tidak mampu lepas dari teknologi dan media yang digunakan. Kemana-mana kita akan membawanya, baik di rumah, kantor, sekolah, maupun tempat umum. Seperti yang dikutip dari pakar komunikasi politik, Bapak Tjipta Lesmana, “Kita memang butuh teknologi namun kini kita telah diperbudak oleh teknologi.” Perkembangan di era elektronik inilah menjadi pusat perhatian oleh banyak pakar dan analisis untuk dikaji dampaknya.

Intensitas menggunakan media jejaring sosial facebook dan twitter akan berdampak pada penangkapan feed back yang tidak dapat secara langsung ditangkap antarpribadi. Selain itu kedalaman dan keluasan dalam komunikasi antarpribadi menggunakan media jejaring sosial tidak akan maksimal. Keterbatasan karakter dalam facebook dan twitter, tidak ada stimulan yang lain juga berpengaruh.

Intensitas menggunakan jejaring sosial yang tinggi menjadi candu karena keasyikan yang ditawarkan, selanjutnya menawar intensitas komunikasi antarpribadi. Disebabkan seseorang intensitasnya tinggi menggunakan jejaring sosial (facebook dan twitter) maka semakin rendah intensitas komunikasi face to face pada komunikasi antarpribadi.

Mungkin benar ada idiom baru mengatakan, “jejaring sosial mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat”. Namun, bagaimanapun keadaannya secara ideal pertemuan secara langsung adalah hal yang terpenting. Bukankah menjalin silaturahmi akan membuat kita umur panjang dan banyak rezeki? Jejaring sosial bukan cara kita menjadi antisosial bukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar