Rabu, 04 Mei 2016

Ulasan film ada apa dengan cinta

Demam ada apa dengan cinta tiba tiba menjangkit masyarakat indonesia, terutama untuk anak 90an yang sempat menyakiskan ada apa dengan cinta sesi 1. Besarnya nama para pemain membuat arus promo begitu gencar dilakukan baik sama pihak film maupun para penggemar rangga dan cinta. 

Bagi Geng Cinta, gak susah menyatukan chemistry kembali. Rasanya masih tetap sama melihat Geng Cinta seperti 14 tahun lalu, kala mereka masih remaja. Di sekuel ini, mereka menunjukkan pertemanan yang semakin dewasa. Akting nicolas saputra dan dian sastro di film bener bener patut diacungi 2 jempol. 

Namun sayangnya cerita yang ditawarkan  dalam film ini "terlalu sederhana" mirip kaya Ftv indonesia. Secara garis besar hanya menceritakan soal penjelasan kenapa rangga putusin cinta. Gereget alur ceritanya jauh jika dibandingin sama aadc1 atau aadc versi line. 

Beberapa part dialog juga terasa gak nyambung, agak random kaya saat tiba tiba mamet nyanyiin lagu kesepian kitanya pas band, rangga dan cinta yang tiba-tiba ngomongin pemilu sampe rangga yang kritik pemerintah karena seni yang kurang diperhatikan. "titipan"dalam film ini berass banget mulai dari kritik ke pemerintah sampe banyak merk-merk yang jadi sponsor ditampilkan sepanjang film, juga cukup ganggu. 

Di film AADC 2 mira sukses, menunjukkan sisi lain dari Yogyakarta. Beragam seni hingga tempat wisata yang belum terjamah di Kota Gudeg tersebut di eksplor. Mereka melibatkan seniman dari bidang yang berbeda-beda di Yogyakarta yakni Eko Nugroho dengan seni instalasinya, ada kelompok teater boneka Papermoon Puppet Theatre, musisiMarzuki Mohammad dengan grup Jogja Hip Hop Foundation, dan seniman kopi, Pepeng pemilik kedai Klinik Kopi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar