Selasa, 10 Mei 2016

Etika

Etika...tidak di tentukan dari status sosial seseorang. Setidaknya gambaran itu yang baru saja saya lihat secara langsung. Berawal dari kisah sederhana pengembalian tiket kereta. Seorang bapak yang terlihat berada dan berpendidikan dengan pakaian super rapih tiba-tiba menyelak antrian. Menyusup kedepan dan mengabaikan kami semua yang sudah antre dari tadi. Dalam gumam yang tak banyak terucap, salah satu diantara kami ada yang mengingatkan sang bapak dengan halus untuk antre.

Awalnya sang bapak minta maaf, lantas bapak itu menjelaskan bahwa dia tak tau harus antre, pemuda pun menjelaskan bahwa antrian ada di garis ini, bapak silahkan antre. Tak terima dengan jawaban itu bapak itu teriak teriak bak orang kesurupan. Kebetulan di depan kami ada petugas kebersihan yang sudah sangat tua, dengan lirih dia menyatakan bapak ini salah ko malah marah. Bapak ini makin jadi. Dia menantang mereka untuk ribut, dan sempat ada adu jotos. 

Memalukan bukan? Usia, pendidikan, status sosial yang dimiliki si bapak tak ada artinya bagi saya ataupun semua orang yang ada di stasiun. Bagi kami bapak ini menyedihkan, ko bisa bisanya mempermalukan diri sendiri dengan berteriak salah padahal dia yang salah. Kaya maling teriak maling.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar