Rabu, 16 Juli 2014

Tulisanku tentang Patah Hati Heru Ajid karya @pidibaiq


Tulisan ini adalah tulisan @pidibaiq yang bagus buat di baca bagi orang yang lagi patah hati 


*** BERSAMA HERU AJID 1***

Aku lagi sama si Heru di rumahku. Dia bilang sedang sedih. Dia baru putus cinta.

"Atau, tujuan hidup ini memang untuk sedih, Heru. Kau anggaplah benar begitu, jadi sekarang harusnya kamu senang, karena sudah mencapai tujuannya".

Si Heru malah ketawa. "Kamu juga harusnya berterimakasih ke dia". Kok, terimakasih? "Iya, ketika dia khianat ke kamu, sebenarnya dia sedang jujur ke kamu. Dia sedang menunjukkan dirinya yang busuk untuk tidak jadi kau nikahi"

"Tapi dia mengecewakan aku, Ayah!". Dia manggil aku "Ayah". Ya, pastilah kecewa. Dan sekarang kau tahu pacarmu adalah manusia yang tidak pantas bersamamu, karena ternyata dia adalah manusia yang mengecewakan. Ke pacarnya aja berani, apalagi ke orang lain. Masihkah akan engkau tangisi orang macem itu kalau pergi?"

Lalu kata si Heru. "Ayah pernah bilang tujuan pacaran adalah untuk putus. Bisa karena berpisah, bisa karena maenikah". Betul, Heru. Nah. Satu tujuan sudah kau capai. Selamat ya. Mari rayakan dengan silakan dimakan kuenya.

Selain sedang sakit hati, Heru juga selalu nyuruh aku nutup mata setiap mau ngambil kue. Malu katanya.



** BERSAMA HERU AJID II***

"Patah hati itu, Heru, adalah juga potensi. Setidaknya dengan itu kamu bisa membuat puisi, bisa membuat lagu. Tidak selalu harus hal baik atau hal positif yang harus engkau salurkan. Hal-hal buruk pun sama, harus, Heru, biar tidak menggenang di tempatmu"

Mendengar kata-kataku, Heru Ajid harusnya nangis, tetapi tidak. Dia pergi ke dapur, untuk lalu kembali membawa sepiring nasi, 2 potong ayam goreng dengan sambal di sisi piringnya. "Makan, Yah", katanya sambil duduk lagi di kursi ruang tamu. Kukira dia lupa kalau ini rumahku. Tapi harus maklum, Heru Ajid sudah terlampau berlebihan menganggap ini sebagai rumahnya sendiri.

"Tadi, pas makan kue, kamu malu. Kok kalau makan enggak?", aku nanya Heru Ajid. "Kalau makan mah prinsip, Yah. Kalau malu, bisa bahaya", katanya, "Yah, kenapa orang sakit?". Dia nanya. "Karena, ya, hatinya masih berfungsi, Heru". Hmm. Oke.

Atau sakit hati itu, karena kau nikmati, kalau tidak, sudah sejak lama akan kau abaikan. Kukira, masalah adalah apa yang kita anggap masalah, jika tidak, maka bukan. "Ayah, pernah disakiti oleh cewek?", Heru Ajid bertanya sambil ngunyah. "Pernah, Heru, tapi cintaku kepadanya, yang lebih besar dari itu, langsung bisa membantuku menyembuhkannya". Heru Ajid langsung memandangku dan senyum.



*** BERSAMA HERU AJID III*** 

Setelah Heru Ajid selesai makan, dia ngambil beberapa anggur dan sepotong semangka dari lemari es, lalu duduk kembali denganku di ruang tamu. "Sekarang Ayah masih berhubungan gak dengan mantan Ayah?", Heru Ajid nanya.

Jawabku:"Masih laah. Dia sekarang menjadi dutaku di kehidupan masa laluku. Tugasnya memberi data dan informasi tentang apa yang sudah terjadi di masa lalu". Heru Ajid tersenyum. "Untuk apa data dan informasi itu?".

"Banyak gunanya. Bisa untuk bahan introspeksi, bisa untuk naikin kualitas rindu. Bisa untuk data bikin lagu, tulisan, dan lain-lain. Banyaklah". Heru Ajid tersenyum lagi. "Tapi kan dia menyakitimu, Ayah?!" "Kan sudah kubilang, rasa sayangku kepadanya lebih besar dari rasa sakit itu, yang membantuku untuk bisa memberinya kesembuhan. Jika dia pergi, kukira itu lebih baik, maksudku insya Allah aku akan baik-baik saja. Yang aku takutkan adalah kalau aku yang pergi meninggalkannya, itu akan membuat aku terus merasa bersalah di sepanjang perjalanan hidupku"

"Ayah, bagusnya aku harus gimana?", tanya Heru Ajid seraya memandangku. "Tenang saja, Perpisahan tak menyedihkan, yang menyedihkan adalah apabila habis itu saling lupa. Tenang saja, Perpisahan tak menyakitkan, yang menyakitkan adalah apabila habis itu saling benci"
"Iya, Ayah".

TAMAT

http://www.djarumcoklat.com/kohfu

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar