Rabu, 16 Juli 2014

Membuat Mudik menjadi nyaman dan Selamat



Jelang Hari Raya Idul Fitri, fenomena “mudik Lebaran” ke kampung halaman selalu mewarnai. Mudik Lebaran tidak lagi sekadar pulang kampung, melainkan juga prosesi ritual untuk melepaskan rindu dan melambangkan  keterikatan hidup manusia atas komunitas dan sejarahnya.  Tradisi mudik dapat membudaya dan kian mapan karena disirami oleh nilai-nilai religius. Rupanya penilaian JJ Rousseau terbukti benar,  sebuah tradisi yang ditopang oleh ajaran agama akan sanggup bertahan dan mengakar kuat dalam mozaik kehidupan masyarakat.

Perjuangan pemudik untuk mencapai kampung halaman saat mudik Lebaran bukan tanpa risiko. Bagi mereka yang mudik dengan menunggang sepeda motor lebih beresiko jika dibandingkan dengan mereka yang menggunakan mobil pribadi maupun angkutan umum.

Fakta memperlihatkan, pada musim mudik Lebaran tahun 2013, Angka kecelakaan yang melibatkan sepeda motor mencapai 71%. Artinya, dari total kendaraan yang terlibat kecelakaan, si kuda besi masih mendominasi. Karena itu, para pemudik yang terpaksa bersepeda motor harus ekstra hati hati. Persiapan mesti sematang mungkin, mulai dari mengecek kondisi mesin seperti busi, kelistrikan (lampu-lampu), Ban, dan juga sistem pengereman.  Tanpa perhitungan yang matang, bukannya pulang kampung  kita justeru bisa terjebak dalam petaka jalan raya.

Selain persiapan kendaraan, kita juga perlu mempersiapakan diri agar badan tetap fit dan tidak mudah lelah saat mudik lebaran. Persiapan ini juga tak kalah pentingnya, karena jika badan tidak fit atau sudah lelah tentu akan sangat berbahaya ketika dipaksakan untuk tetap mengemudikan kendaraan.  

Berikut ini beberapa tips agar selamat saat mudik :
1.  Jaga kesehatan fisik. Hindari bersepeda motor dalam kondisi sakit.
2. Stabilitas emosi. Keletihan, dehidrasi, debu, asap, cuaca panas, kemacetan, hingga kebisingan suara kendaraan, bisa memicu stress. Kondisi tersebut bisa memicu emosi tidak stabil. Redam emosi berlebihan dengan tetap menjaga kebugaran
3.Mulailah perjalanan lebih awal sebelum jalanan padat kendaraan. Mengemudikan kendaraan dalam keadaan padat lalu lintas tentu menyebabkan badan cepat lelah.
4. Jika perjalanan anda cukup jauh, maka beristirahat setiap 2 jam sekali atau setelah menempuh jarak sekitar 240 Km.
5. Untuk mengusir rasa bosan, boleh-boleh saja memutar music saat mengemudi. Namun hindari music yang monoton.
6. Karena masih dalam keadaan berpuasa maka waspadalah terhadap radiasi sinar matahari. Sinar matahari tentu membuat kita cepat dehidrasi yang membuat kemampuan mengemudi berkurang.
7. Jangan mengemudi sendirian, harus ada cadangan. Hal ini sangat penting karena kemampuan seseorang dalam mengemudi maksimal 12 jam. Jadi jika anda dari Jakarta ingin menuju Surabaya maka seharusnya anda membawa pengemudi cadangan.
8. Tetaplah mengemudi secara sopan, jangan ugal-ugalan karena pengemudi lain juga berpuasa. Hargailah sesama pengemudi saat di jalan raya.

Mudik yang mencerminkan fitrah kemanusiaan, bukan perjalanan ugal-ugalan. Maka mudik harus mencerminkan ketaatan pada aturan hukum, karena dengan ketaatan itulah ciri kemanusiaan dan fitrah akan hadir. Menaati peraturan lalu lintas adalah cermin budaya bangsa. Lebaran tahun ini harus tetap bernuansa religius di tengah kesulitan hidup yang terus melonjak akibat kenaikan harga Listrik.

Cinta kasih dalam bingkai religius sebagai dasar pengembangan tradisi mudik lebaran, akan lebih memperkuat Silaturahmi antarmanusia. Keselamatan pemudik akan memperkuat ikatan batin dengan sanak keluarga di kampung. Di dalamnya butuh perasaan kebersamaan dan kekeluargaan dalam satu kesatuan bangsa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar