doa dan permintaan memiliki hukum yang sama. Sebagai pemohon, ada kewajiban tak tertulis untuk percaya dan patuh pada sang pengabul permohonan. Seperti saat kecil kita bersikap baik sepanjang tahun demi mendapat hadiah dari Santa. Atau menahan keinginan batal puasa sebab ingin mendapatkan uang bersabar dari Bapak sebesar 5 ribu tiap harinya.
pengalaman dan ilmu yang makin matang justru menyisakan ruang kecemasan. Kita menghitung dan mengukur, kemudian merasa keputusan kitalah yang paling membawa rasa bahagia dan mujur. Ada rasa takut jika diberikan jawaban yang tak sesuai harapan. Plot twist yang dulu mendebarkan kini dengan mudah bisa dianggap sebagai sebuah penolakan.
Keengganan diberi hal yang bertolak belakang dengan keinginan mengubah kita dari Hamba jadi konsumen menyebalkan. Tanpa sadar doa kita perlakukan seperti proses memesan makanan. Selama membayar, kita bebas memesan apapun yang kita mau. Tak lagi peduli pada masukanchef yang jelas lebih tahu.
maafkan kami tuhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar