Selasa, 16 Mei 2017

bersahabat dengan damai

Belakangan rasanya mudah sekali menyalahkan tangan semesta atas semua yang terjadi. Pekerjaan yang makin jahanam dari hari ke hari, urusan hati yang belum juga selesai sampai hari ini, juga soal impian yang ternyata membutuhkan peluh dan presisi tingkat tinggi.
Saat otak sedang penuh-penuhnya, mudah saja untuk bertanya:
Tuhan di mana? 
jika  ibu saja selalu punya naluri, bukankah tak mungkin Ibu dari semesta memandang kita yang kebingungan tanpa hati? Walau kadang tak melulu mengabulkan doa yang sudah dipanjatkan tanpa henti, tapi picing matanya tak pernah pergi. Ia seperti sahabat baik yang tumbuh bersama dan selalu di sisi.

KehadiranNya memang tak selalu terasa. Atau memang kita saja yang kurang peka sebagai manusia. Namun jika mau bersahabat dengan damai dan senyap sedikit saja — kita akan tahu ia ada.

Setiap permohonan tersampaikan, percayalah jika hatiNya bergetar. TelingaNya mendekat — tak ada ucap yang tidak tersambar.

Jika bijak tentulah ia sudah memencet tombolapprove untuk semua permintaan. Namun dia lebih mengerti, bahwa kita-kita ini butuh jeda agar menghargai hal yang diwujudkan. Ia ingin kita bermesra, sering-sering mengunjungiNya meski dengan pretensi di baliknya. Baginya tak apa tarik ulur sedikit, pakai umpan dan pancing agar terasa seru sedikit. Yang jelas kesabaran ini akan berbuah manis, tanpa sakit.

mba rendra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar