Kamis, 23 Juni 2011

Tujuan hidup = menjadi biasa dan wajar kah?

Apakah anda pernah menontoh atau mendengar kisah dari Soe Hok Gie?

Pemuda yang dikenal lewat kiprahnya sebagai seorng aktivis Indonesia ini adalah mahasiswa fakultas sastra UI jurusan Sejarah tahun 1962-1969. Soe Hok Gie yang akhab di panggil dengan sebutan “Gie “ ini adalah seorang anak muda yang berpendirian teguh dalam memerangi prinsipnya dan rajin mendokumentasikan perjalanan hidupnya dalam buku harian.

Buku inilah  yang kemudia dterbitkan dengan judul catatan seorang Demonstran”.  Buku  yang menggambarkan perjuangan Gie  secara rapih, memberikan penerangan kepada kita betapa gigihya sorang gie dalam memperjuangan apa yang Ia yakini. Tak hanya bermodalkan suara yang lantang,  gie pun menggunakan segenap kecerdasannya dalam setiap  aksi demo yang ia ikuti.  Tak pelak banyak mata tertuju padanya. 

Meksipun suara gie berharga emas karena bias di dengar di tengah kondisi politik saat itu. Di masa – masa akhir perjuangannya sosok gie yang keras dan selalu bersuara inipun menginginkan suatu ketenangan.
Beberapa kisah yang sempat saya dengar, menjelaskan bahwa gie menutup matanya dalam sebuah keheningan di atas gunung. 

Seperti halnya gie, adakalanya ditengah perjalanan kehidupan yang menuntut kita untuk berlaripun, terkadang kita merindukan adanya sebuah keheningan. Suatu kondisi dimana kita dapat berprilaku wajar sehingga tak banyak hati yang terluka, suatu keadaan dimana diri kita, memiliki waktu untuk mendengar apa yang diinginkan oleh diri sendiri tanpa mempertimbangkan banyaknya aspek kehidupan. Suatu kondisi yang terrangkum dalam kata "DIAM" dan "Wajar' 

Sr, 23062011 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar