Minggu, 02 Januari 2011

seteguk anggur yang menyehatkan

Wine, atau minuman anggur, telah dikenal ribuan tahun. Keakrabannya dengan dunia kuliner telah menyusup ke berbagai negara. Wine pun kini kian populer di Indonesia, terutama di kota-kota besar. Tak hanya di hotel dan resto kelas atas, Anda pun bisa membelinya di supermarket ternama.

Mari kita kesampingkan dulu soal jenis, harga, kualitas, dan tata cara minum wine, yang menjadi mata pelajaran dalam kelas table manner. Yang lebih penting diketahui, wine adalah minuman, yang jika dikonsumsi bisa memberi manfaat positif bagi kesehatan, atau malah sebaliknya.

MANFAAT FERMENTASI

Sebelum mencintai wine, ada baiknya Anda mengetahui pengaruh wine terhadap tubuh Anda. Bagaimanapun, kesehatan Anda harus selalu dipertimbangkan saat mengonsumsi minuman dan makanan. Di bagian awal bukunya, Rahasia Wine, Yohan Handoyo, penulisnya, belum-belum sudah mengulas pengaruh wine untuk kesehatan. Hal ini masuk akal, karena jika Anda tahu apa manfaat dan efek wine, Anda bisa lebih bijaksana dalam menikmatinya.

Di era purba, wine sudah diresepkan oleh Hippocrates untuk meningkatkan ketahanan tubuh terhadap penyakit yang berhubungan dengan kebersihan, seperti diare dan kolera. Bapak kedokteran itu pun menggunakan wine untuk merawat luka. Air yang kurang higienis dioplos dengan wine.

Pada tahun 1990-an popularitas wine sebagai minuman menyehatkan kembali terangkat, berkat penelitian yang menyimpulkan bahwa orang Prancis lebih sehat jantungnya daripada orang Amerika. Penyebabnya, orang Prancis minum wine secara teratur dalam jumlah wajar, sementara orang Amerika lebih banyak minum bir. Fenomena ini kemudian disebut French Paradox.

Namun, tak semua wine memberi manfaat yang sama. Yang pasti, tergantung jenisnya. Secara umum, ragam wine yang dikenal awam adalah white wine, rose wine, dan red wine. Nama ini sesuai dengan rupa masing-masing wine. Dan perbedaan warna ini adalah karena proses pembuatannya berbeda.  Hal ini tak hanya memengaruhi tampilan dan rasa, tapi juga kandungan di dalam wine.

Menurut Dr. Ir. Nuri Andarwulan, MSc., ahli teknologi pangan dari IPB, yang paling menguntungkan dari wine adalah dua kandungan istimewa, yaitu flavonoid  dan golongan fenolik yang disebut resveratrol. Keduanya bersifat antioksidan, yang perkasa melawan radikal bebas penyebab berbagai gangguan kesehatan.

“Semakin tua warnanya, semakin tinggi kandungan fenoliknya. Di antara jenis wine, red wine-lah yang paling tinggi fenoliknya. Saat diperam, fenolik --yang semula terikat dengan gula-- terlepas. Semakin lama diperam, fenolik dalam wine makin mudah diserap usus halus,” jelas Nuri.

Fenolik inilah yang kemudian dikatakan para peneliti memiliki manfaat seperti mencegah penyumbatan pembuluh darah dan mengendalikan kolesterol jahat. Karenanya pula, minuman anggur bermanfaat untuk mencegah penyakit jantung dan gangguan kardiovaskuler.

Karena bersifat antioksidan, para peneliti setuju jika zat ini memiliki peran dalam mencegah berbagai kanker, seperti Lymphoma non-Hodgkin’s dan kanker prostat. Meski begitu, sampai kini masih diperdebatkan manfaat wine pada wanita yang memiliki risiko kanker payudara. Karena, bagaimanapun, konsumsi alkohol dapat meningkatkan risiko kanker.

Waktu yang paling tepat untuk menyesap wine adalah setelah makan malam, menjelang saat beristirahat. “Secara empiris, minum wine pada penumpang yang menempuh perjalanan panjang dalam pesawat, dapat membuat mereka merasa nyaman dan lebih mudah tidur.” Lagi pula, jika Anda mengonsumsinya dalam keadaan perut kosong, alkohol dalam wine akan lebih mudah memengaruhi kondisi kognitif Anda.

MODERAT ATAU TIDAK SAMA SEKALI

Pernah mendengar anggapan bahwa wine bisa bikin langsing? Beberapa penelitian memang menyimpulkan, wine dapat mencegah peningkatan berat badan. Namun, peneliti di Universitas Sussex, Brighton, Inggris, memperingatkan agar kita tidak menelan begitu saja berita tadi.

Kabar gembiranya, meski data menunjukkan konsumsi alkohol sebagai salah satu faktor risiko obesitas, data epidemiologi menunjukkan, konsumsi alkohol dalam jumlah moderat dapat mencegah obesitas, terutama pada wanita.

Tapi –yang satu ini penting sekali-- ingat jumlahnya! Karena, minum wine berlebihan justru bisa menyebabkan obesitas. Konsumsi alkohol sebelum dan saat makan nyatanya justru cenderung menambah selera makan.

Artinya, jika Anda tak bisa mengendalikan diri untuk minum wine, Anda malah bisa makan berlebihan. Lama-kelamaan, Anda tetap terancam kelebihan berat badan. Terlebih lagi, para peneliti sudah menekankan, langsing atau tidaknya seseorang bukan terletak pada wine, tapi gaya hidup Anda. Jadi, meski sudah minum wine dalam jumlah moderat, Anda tetap harus rajin menggerakkan tubuh.

Tapi, yang disebut jumlah yang moderat itu seberapa banyak? Kurang lebih satu gelas bagi wanita. Menurut Nuri malah sekitar ¼ - ¹/3 gelas wine saja. Karena, pada batas itulah tubuh masih bisa bertoleransi terhadap alkohol dalam wine. Kandungan alkohol dalam wine yang rata-rata 11%–12%, menurut Nuri, lebih tinggi daripada bir. Karenanya, lebih cepat menyebabkan Anda mabuk.

Jadi, jangan samakan ukuran minum wine dengan minum bir. “Lebih dari batas toleransi tubuh, alkohol akan menjadi toksik atau racun bagi tubuh. Semua manfaat yang Anda dambakan pun tak akan tercapai karena lebih dominan efek alkoholnya.”

Karena kandungan alkohol itu pula, sebaiknya wine dihindari oleh penderita asma yang peka terhadap sulfit (turunan belerang), produk sampingan yang muncul dari proses fermentasi. Juga, orang yang alergi terhadap alkohol. Wine juga sebaiknya tak dikonsumsi Anda yang memiliki kecenderungan menderita migrain (pusing kepala sebelah) berulang. Karena, wine termasuk minuman yang mengandung histamin. Wine bisa memperlebar pembuluh darah. Termasuk, pembuluh darah di kepala penyebab migrain.

Begitu pula Anda yang memiliki riwayat kadar trigliserida (lemak dalam darah) yang tinggi. Sebab, alkohol di dalam minuman anggur memengaruhi kerja enzim yang bertugas mengendalikan trigliserida. Enzim ini jadi bisa bekerja berlebihan, sehingga kadar trigliserida pun melonjak di dalam darah. Wanita hamil juga tidak disarankan mengonsumsi wine, karena alkohol bisa menghambat penyerapan zat gizi yang dibutuhkan, baik oleh ibu maupun bayi dalam kandungan.

Lantas, bagaimana dengan kebiasaan makan malam dengan minum wine? “Yang jelas, pasti ada interaksi antara wine dengan makanan. Penelitian di Italia menemukan, anggur merah dapat mengurangi penyerapan zat besi dari sayuran seperti brokoli. Zat mineral seperti selenium pun bisa ikut terbuang,” kata Nuri.

Sama seperti makanan dan minuman lain, mungkin saja wine tidak selalu cocok dikomsumsi semua orang. Reaksi tubuh setiap orang terhadap wine berbeda-beda. Jumlah yang mampu ditoleransi pun bisa berbeda pula. Tertarik untuk mengonsumsi wine? Tak ada salahnya berkonsultasi dulu pada dokter keluarga Anda.

sumber : femina

Tidak ada komentar:

Posting Komentar