Jumat, 29 Juli 2016

Posisi anak tengah di keluarga

Apakah kamu pernah memperhatikan anak nomor dua di keluarga anda, dari saudara, kerabat, sahabat, teman dan tetangga anda. Anak nomor dua bukanlah anak paling terakhir, posisinya berada ditengah antara anak pertama dan anak terakhir. Meskipun anak pertama diharuskan mandiri, anak kedua memiliki sisi mandiri yang lahir dari auranya.

Anak nomor dua lebih mandiri menentukan tujuan dalam hal pendidikan, kerjaan, atau kegiatan positif berdasarkan hati nurani dan pilihan mereka sendiri. Tidak seperti anak pertama, dimana orangtua masih memiliki andil dalam menentukan pilihan mana yang terbaik menurut mereka, termasuk soal jurusan kuliah, soal karir, dan soal jodoh. Dia memiliki keputusan yang kuat untuk memilih jurusan kuliah yang dia suka, kerjaannya mana yang cocok, dan pasangan yang nyaman baginya. Dia juga mandiri secara ekonomi dan selalu berusaha mengumpulkan pundi rupiah dari hasil keringatnya tanpa meminta lagi dari orangtua.

Anak nomor dua lebih bijak dalam menghadapi hidup baik dalam lingkungan internal seperti keluarga maupun lingkungan eksternal. Anak nomor dua lebih dapat dipercaya dan diandalkan dalam membantu orangtua baik itu anak perempuan atau anak laki-laki. Meskipun posisi mereka adalah adik dari anak pertama tapi jika diajak berdiskusi tentang kehidupan, karir, pendidikan, dan asmara, mereka bisa memberikan nasehat dan solusi yang bijak.

Berani mencoba hal baru, tantangan, dan menerima resiko. Dalam pekerjaan, dia berani menerima tugas dan tanggungjawab namun dia juga memiliki solusi dan pemecahan masalah yang cemerlang dalam menghadapi masalah dan tantangan dalam perusahaan. Begitu juga dengan hal pendidikan, dia akan menekuni suatu bidang yang tak dia suka namun akan mengikuti alur dan proses serta berusaha menerima bahwa bidang apapun itu dalam pendidikan yang dipilih dari Tuhan, takdir atau keberuntungan merupakan pilihan terbaik. Tak heran dia akan berusaha menekuni bidang pendidikan yang sudah terlanjur dia jalani. 

http://www.hipwee.com/list/kamu-anak-kedua-bersyukurlah-karena-kamu-anak-yang-paling-bijak/

Berjalan Ke Barat Di Waktu Pagi Hari (Sapardi Djoko Damono)




Waktu berjalan ke barat di waktu pagi hari

matahari mengikutiku di belakangA

ku berjalan mengikuti bayang-bayangku sendiri yang memanjang di depan

Aku dan matahari tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang telah menciptakan bayang-bayang

Aku dan bayang-bayang tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang harus berjalan di depan



Berjalan Ke Barat Di Waktu Pagi Hari (Sapardi Djoko Damono)

Pada Sebuah Pantai: Interlude (Goenawan Mohamad)




Kita memang bersandar pada apa yang mungkin kekal, mungkin pula tak kekal. Kita memang bersandar pada mungkin. Kita bersandar pada angin Dan tak pernah bertanya: untuk apa?Tidak semua, memang, bisa ditanya untuk apa.Barangkali saja kita masih mencoba memberi harga pada sesuatu yang sia-sia. Sebab kersik pada karang, lumut pada lokan, mungkin akan tetap juga di sana apa punmaknanya.


Gonawan mohamad

Kamis, 28 Juli 2016

Banyak Makan Nasi Bikin Ngantuk, Mitos atau Fakta?

Nasi sudah menjadi menu utama bagi masyarakat Indonesia. Tak lengkap rasanya makan tanpa nasi. Namun banyak juga yang menyebutkan bahwa terlalu banyak mengonsumsi nasi tak baik bagi kesehatan, salah satunya membuat tubuh cepat lelah dan mengantuk.

Menurut dr Nany Leksokumoro, MS, SpGK, pakar gizi dari Omni Hospital, karbohidrat murni seperti nasi dan minuman manis jika dikonsumsi terlalu banyak memang dapat mengakibatkan rasa kantuk.

Pendapat senada juga disampaikan oleh dr A.R. Inge Permadhi, MS, SpGK dari Siloam Hospital. Menurut dr Inge, karbohidrat mengandung gula yang membuat perut cepat lapar. Makin cepat lapar, makin besar pula risiko mata akan terasa mengantuk.

"Lapar itulah yang membuat kita lebih mengantuk, karena gula lebih mudah dibawa oleh sel dan lebih cepat masuk ke dalam insulin," jelas dr Inge kepada detikHealth dan ditulis Jumat (29/8/2014).

Senada dengan pendapat para dokter, studi yang dilakukan oleh Kanazawa Medical University, Jepang, menyimpulkan bahwa mengonsumsi nasi bisa membantu mengatasi masalah kurang tidur. Dalam studi yang melibatkan hampir 2.000 responden ini, hasil serupa tidak didapatkan pada jenis karbohidrat lain seperti roti atau mi.

Para peneliti ini menyebutkan bahwa nasi memiliki indeks glikemik (IG) tinggi. Nah, makanan dengan IG tinggi diketahui dapat meningkatkan kadar protein yang disebut tryptophan. Protein ini biasanya digunakan oleh tubuh untuk membuat serotonin kimia otak, yang dikenal untuk menginduksi tidu

Sabtu, 23 Juli 2016

Titik tertinggi cinta

Ada titik paling dewasa dalam mencintai seseorang. Bagi beberapa orang titik ini bisa terwujud dalam komitmen untuk memulai hidup bersama. Menepi, meminta dia jadi satu-satunya orang yang mendampingi sampai nanti. Memutuskan untuk sepenuhnya berhenti mencari

Di sampingnya kamu merasa pintu rumah selalu terbuka. Kampung halaman tidak lagi harus ditempuh berjam-jam lamanya. Menemukan rengkuhannya di akhir hari yang panjang selalu memberimu perasaan tenang. Seperti euphoria di dada selepas merantau dan punya kesempatan pulang.

Bersama dia yang kelak kamu nikahi hidup tidak harus penuh mimpi dan janji. Terkadang kalian bahkan hanya harus menjalani. Dari satu pagi ke pagi yang lain, kamu merasa tenang karena kini sudah punya pemimpin

 23 juli 2016

Percaya

Aku jelas telah selesai menghadapi rasa sakit yang begitu hebat sebelum mengenalmu. Begitu hebatnya hingga separuh diriku seakan terasa hilang. Bahkan untuk membuka mata lagi rasanya sangat silau dan penuh sesak di dada. Aku percaya saat itu tidak ada yang bisa membuatku terpana lagi. Tidak, satupun tidak.

Tapi, entah mengapa akhirnya aku membuka sedikit demi sedikit pintu itu hingga terbuka setengahnya.  Memang rasa bahagia mulai beranak-pinak di dalam jiwa ini, namun aku tetap dalam keadaan terjaga.  Aku tetap waspada dengan pintu yang sudah terbuka itu. Tetap menahan rasa bahagia agar ia tidak sembarang beranak-pinak. Mengendalikan cinta agar tetap berada di jalur yang logis.

Aku belajar menjadi wajar. Mencinta secukupnya, berharap secukupnya..

 sr, 23 desember 2015

Minggu, 17 Juli 2016

Penyakit akibat pikiran negatif

*PENYAKIT itu 90% dari PIKIRAN dan 10% dari Pola Makan*

Berikut korelasi daftar penyakit dg pikiran negatif:_

*1) MARAH,* selama 5 menit akan menyebabkan sistem imun tubuhmu mengalami depresi 6 jam.
*2) DENDAM & MENYIMPAN KEPAHITAN* menyebabkan imun tubuh mati.. Dari situlah bermula segala penyakit, seperti STRESS, KOLESTEROL, HIPERTENSI, SERANGAN JANTUNG, RHEMATIK, ARTHRITIS, STROKE (perdarahan / penyumbatan pembuluh darah).
3) Jika kamu sering membiarkan dirimu *STRESS,* maka sering mengalami *GANGGUAN PENCERNAAN.*
4) Jika *MUDAH TERSINGGUNG,* maka kamu cenderung terkena penyakit _INSOMNIA (susah tidur)._
5) Jika sering mengalami *KEBINGUNGAN,* maka kamu akan terkena _GANGGUAN TULANG BELAKANG BAGIAN BAWAH._
6) Jika sering membiarkan dirimu merasa *TAKUT yang BERLEBIHAN*, kamu akan mudah terkena penyakit _GINJAL._
7) Jika suka ber- *NEGATIVE THINKING,* kamu akan mudah terkena _DYSPEPSIA (penyakit sulit mencerna)._
8) Jika mudah EMOSI & cenderung *PEMARAH,* hati2 saja yaa bisa rentan terhadap penyakit _HEPATITIS._
9) Jika sering merasa *APATIS (tidak pernah peduli)* terhadap lingkungan, akan berpotensi mengalami _PENURUNAN KEKEBALAN TUBUH._
10) Jika sering *MENGANGGAP SEPELE* semua persoalan, hal ini bisa mengakibatkan penyakit _DIABETES._
11) Jika sering merasa *KESEPIAN,* bisa terkena penyakit _DEMENSIA SENELIS_ (berkurangnya memori dan kontrol fungsi tubuh).
12) Jika sering *BERSEDIH & merasa selalu RENDAH DIRI,* menyebabkan penyakit LEUKEMIA (kanker darah putih).

Sumber : Buku “The Healing & Discovering the Power of the Water” (by : Dr. Masaru )

Minggu, 10 Juli 2016

Canggih, aplikasi ini bisa mengartikan tangisan bayi

Suara tangisan bayi sering kali membuat para ibu panik. Para ibu ataupun ayah kerap bingung apakah bayi mereka menangis karena lapar, popok basah, atau merasa kesakitan. 
Para peneliti di Taiwan pun mengembangkan aplikasi yang bisa menerjemahkan suara tangisan bayi itu. Aplikasi The Infant Cries Translator yang dikembangkan di National Taiwan University Hospital Yunlin ini dapat membedakan empat arti suara bayi saat menangis. 
Aplikasi ini membantu memberikan informasi kepada orangtua untuk memahami bayi menangis karena lapar, mengantuk, sakit, atau karena popok basah. 
Bagaimana caranya? Pertama, setelah mengunduh aplikasi di iOS dan Android melalui App Store ataupun Google Play, isilah data tanggal kelahiran bayi dan asal kebangsaan. 
"Setelah bayi menangis, kita hanya perlu menekan tombol perekaman selama 10 detik. Kemudian, suara akan di-upload ke Cloud Drive," ujar peneliti Chang Chuan-yu. 
Dari Cloud Drive, suara akan dianalisis, dan hasilnya akan dikirim ke telepon genggam atau handphone ibu. Nah, ibu pun bisa membuat revisi apakah hasil terjemahan aplikasi tersebut sama dengan yang terjadi pada bayinya. 
Orangtua bisa membuat pengaturan sendiri pada aplikasi saat bayi menangis karena lapar, popok basah, kesakitan, atau mengantuk. Data di Cloud Drive akan terus diperbarui sesuai dengan suara tangisan bayi yang pernah direkam. 
Peneliti mengungkapkan, tingkat akurasi aplikasi ini mencapai 92 persen untuk bayi berusia di bawah dua minggu. Adapun untuk bayi di bawah satu atau dua bulan, akurasi 84 hingga 85 persen. Sementara itu, untuk bayi berusia empat bulan, akurasi bisa mencapai 77 persen. 
Sebelum menciptakan aplikasi ini, mereka telah melakukan penelitian selama dua tahun. Peneliti mengumpulkan sekitar 200.000 suara tangisan bayi dari sekitar 100 bayi yang baru lahir. Semua suara itu dianalisis dengan melihat frekuensi jeritan. 
Peneliti lain yang juga dokter anak, Chen Si-da, mengungkapkan, bayi yang baru lahir memiliki respons yang khas ketika merasa lapar. Selain bersuara, mereka akan meronta-ronta tak terkendali. Bayi juga akan menjilati bibirnya dan memutar kepala untuk mencari payudara ibu. 
Salah satu pengguna The Infant Cries Translator, Guo Young-ming, mengaku bahwa aplikasi ini sangat membantunya untuk menentukan tindakan yang harus dilakukan ketika bayinya menangis. Aplikasi ini membantu para orangtua, khususnya saat mengatasi anak pertama.
(Dian Maharani/Kompas.com)

Cara menghapus kenangan menyakitkan

Peneliti telah menemukan cara jauh lebih murah dan tidak terlalu rumit untuk menghapus kenangan yang tidak diinginkan. Menurut sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Psychonomic Bulletin & Review, kunci untuk melupakan cukup dengan berbaring dan mengubah cara kita berpikir tentang "konteks" ingatan di sekitar kita.
Konteks adalah hal cukup luas dan sulit untuk dijabarkan. Pada dasarnya, mengacu pada segala sesuatu yang terjadi di sekitar peristiwa tertentu, dan, menurut penulis studi, memiliki pengaruh besar atas bagaimana kenangan diorganisir dan direkam oleh otak. Misalnya, jika Anda kebetulan memiliki pengalaman buruk setelah minum terlalu banyak tequila (ini merupakan memori yang cukup efektif untuk dihapus), maka kenangan buruk akan kembali tergali bila Anda mengambil segelas minuman yang sama di lain waktu.
Anda mungkin akan hanya menyalahkan diri sendiri karena terlalu mabuk dan menempatkan diri dalam emosi tertentu, namun orang-orang yang mengalami peristiwa menyedihkan yang lebih serius terkadang-kadang dapat menderitapasca-traumatic stress disorder (PTSD), dimana isyarat kontekstual tertentu dapat menghidupkan kembali kenangan menyakitkan mereka. Jika penderita dapat belajar memisahkan kenangan ini dari konteks mereka, ini mungkin dapat meringankan PTSD mereka.
Peneliti dari Universitas Princeton dan Dartmouth College menguji kemungkinan tersebut. Mereka melakukan tes memori pada subyek (relawan penelitian). Peneliti menunjukkan daftar kata-kata untuk dihafal atau lupakan. Dalam melihat setiap kata, peneliti memberikan selingan dengan menunjukkan gambar dari pemandangan alam, seperti gunung atau hutan, dengan harapan subyek secara otomatis akan mengasosiasikan memori dari kata-kata dengan isyarat kontekstual ini.
Para peneliti menggunakan pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI) untuk mengamati aktivitas otak partisipan, mencatat pola saraf yang terjadi karena mereka mengkodekan gambar-gambar kontekstual. (Baca juga : Otak Manusia Menyimpan Kenangan 10 Kali Lebih Banyak)
Subyek kemudian diminta untuk mencoba dan mengingat daftar kata, sementara peneliti sekali lagi mengukur aktivitas otak mereka menggunakan fMRI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mereka yang telah diberitahu untuk mengingat daftar, cenderung memutar ulang pola saraf yang sama terkait dengan konteks ketika mengingat kata-kata. Ini menunjukkan bahwa memori dan konteksnya telah terjalin dalam otak mereka.
Namun, subyek yang tidak mengingat daftar kata, justru tidak mengulangi pola saraf ini ketika gagal mencoba untuk mengingat kata-kata. Itu menunjukkan bahwa memori dan konteks tidak terjalin dalam pikiran mereka.
Peneliti utama, Jeremy Manning menjelaskan dalam sebuah pernyataan bahwa proses ini mirip dengan "mendorong memori masakan nenek Anda pikiran, jika Anda tidak ingin untuk berpikir tentang nenek Anda pada saat itu." Setelah penelitiannya diidentifikasi sebagai mekanisme untuk melupakan , ia berharap untuk melihat karyanya digunakan sebagai platform untuk mengembangkan berbagai terapi memori baru.
"Sebagai contoh, kita mungkin ingin melupakan peristiwa traumatis, seperti tentara dengan PTSD. Atau kita mungkin ingin mendapatkan informasi lama dari kepala kita, sehingga kita bisa fokus belajar materi baru," katanya.
(K.N Rosandrani / Iflscience

Kematian bisa ditunda, benarkah?


Kematian Bisa Ditunda, Benarkah?

Kematian lebih ditentukan oleh kiriman sinyal ke jantung dari otak daripada organ jantung itu sendiri.

Selama ini, banyak orang percaya bahwa kematian dipicu oleh jantung yang berhenti berdetak sehingga pemompaan darah ke seluruh tubuh terhenti dan akhirnya tubuh berhenti bekerja. 


Namun, penelitian terbaru oleh pakar saraf dari University of Michigan, Jimo Borjigin mengungkap, kematian lebih ditentukan oleh kiriman sinyal ke jantung dari otak daripada organ jantung itu sendiri.
"Orang biasanya fokus pada jantung, berpikir bahwa jika menyelamatkan jantung, maka otak juga akan selamat. Anda harus memutuskan komunikasi kimia antara otak dan jantung untuk menyelamatkan jantung," kata Borjigin.
Untuk mengungkap hal itu, Borjigin memaparkan karbon dioksida ke tikus, menginduksi kejadian henti detak jantung. Menjelang kematian, ilmuwan mengamati aktivitas jantung dengan echocardiography (ECG) danelectroencephalography (EEG) serta sinyal kimia pada dua organ itu.
Borjigin mengungkap, setelah terpapar karbon dioksida, detak jantung tikus langsung turun. Lalu, aktivitas otak menyesuaikan dengan aktivitas jantung. Saat itu, senyawa dopamine yang memicu relaksasi, dan norepinephrine yang memicu kewaspadaan, membanjiri darah.
Setelah dikirimnya dua senyawa yang berfungsi sebagai sinyal itu, jantung terus seirama dengan otak hingga bagian bilik bawah jantung tak bisa berkontraksi dengan normal guna memompa darah. Kondisi itu disebut ventricular fibrillation.
Kondisi ventricular fibrillation memicu kematian. Ketika ilmuwan menghambat pengiriman dopamine dan norepinephrine, kondisi ventricular fibrillation tersebut dapat dihambat. Akhirnya, kematian pun bisa ditunda.

Apakah cara yang sama bisa dilakukan pada manusia untuk menunda kematian? Borjigin, seperti diberitakan Livecscience, Selasa (7/4), mengatakan, "Itu pertanyaan seharga miliaran dollar."

Riset untuk mewujudkannya akan sangat berharga. Ini bukan untuk memenuhi hasrat orang yang tak mau mati, melainkan untuk menyelamatkan nyawa orang yang mengalami henti detak jantung. Dengan memblokir sinyal dari otak, dokter punya waktu lebih untuk menyelamatkan pasien.
(sains.kompas.com, Sumber: Live Science)

Membaca fikiran orang koma

Ribuan pasien terperangkap dalam keadaan vegetatif antara hidup dan mati. Tiga orang ilmuwan sedang bekerja untuk membebaskan mereka, seperti dilaporkan Roger Highfield. 
"Bayangkan saja, Anda terbangun, tapi terkunci di dalam kotak," kata Adrian Owen. 
"Kotaknya pas ukurannya, sampai ke jari tangan dan jari kaki. Ini kotak yang aneh karena Anda bisa mendengar semua yang ada di sekeliling Anda, tetapi suara Anda tidak bisa terdengar. Malah kotak ini begitu pas di wajah dan bibir Anda sehingga Anda tidak dapat berbicara, atau menimbulkan suara." 
"Mula-mula, ini rasanya seperti permainan. Lalu Anda mulai sadar. Anda dengar dan melihat keluarga Anda meratapi nasib Anda. Anda merasa kedinginan, lalu kepanasan. Anda selalu merasa haus. Teman dan keluarga mulai jarang menengok. Pasangan Anda meninggalkan Anda. Dan tak ada satu hal pun yang bisa Anda lakukan," kata Owen. 

Owen dan saya sedang berbicara di Skype. Saya berada di London, Inggris, dan dia berada di London lain yang letaknya lima ribu enam ratus kilometer, di Universitas Western Ontario, Kanada. 
Rambut Owen yang kemerah-merahan dan janggut yang dipotong pendek terlihat besar di layar saya, saat ia dengan bersemangat menggambarkan penderitaan mereka yang tak bisa bersuara: para pasiennya. 

Orang-orang yang berada dalam "keadaan vegetatif" memang bangun terjaga tapi tidak sadar. Mata mereka bisa terbuka dan kadang-kadang melihat ke mana-mana. Mereka dapat tersenyum, memegang tangan orang lain, menangis, mengerang atau mendengus. 
Tetapi mereka tidak peduli dengan tepukan tangan, tidak dapat melihat atau memahami pembicaraan. Gerakan mereka tidak bermakna tapi sekadar reflektif.
Mereka kelihatannya tidak lagi memiliki ingatan, emosi dan tujuan, atau hal-hal yang membuat kita semua menjadi satu individu. 
Benak mereka tetap tertutup rapat. Walau ketika kelopak mata berkedip terbuka, kita selalu bertanya-tanya apakah di balik itu ada kesadaran.
Satu dasawarsa yang lalu, jawabannya pasti suram dan jelas tidak ada. Tidak lagi ada. 
Namun dengan menggunakan pemindai otak, Owen menemukan sejumlah orang yang terperangkap dalam tubuh mereka dapat berpikir dan merasa sampai ke tingkat tertentu. 
Jumlah pasien yang mengalami gangguan kesadaran meningkat besar dalam dasawarsa terakhir ini, ironisnya karena dokter sudah makin pandai menyelamatkan pasien yang mengalami luka-luka berat. 

Dewasa ini, mereka yang mengalami benak yang terperangkap, rusak dan menurun dayanya, menjadi penghuni banyak klinik dan rumah pengasuhan di seluruh dunia. 
Di Eropa saja jumlah kasus koma diperkirakan mencapai 230.000 per tahun, dan 30.000 dari angka itu akan tetap hidup merana dalam keadaan vegetatif permanen.
Mereka menjadi artefak paling tragis dan mahal dari perawatan intensif modern. Owen sangat paham tentang hal ini.
Pada tahun 1997, seorang teman dekatnya berangkat kerja seperti biasa naik sepeda. Anne (bukan nama sebenarnya) memiliki satu titik lemah di pembuluh darah di kepalanya, yang dikenal juga sebagai aneurisma otak. Baru lima menit mengayuh sepeda, aneurismanya pecah dan ia menabrak pohon. 
Ia tidak pernah sadar lagi. 
Tragedi ini membuat Owen terbungkam, namun kecelakaan yang dialami Anne ini membentuk sisa hidupnya. 
Ia mulai bertanya-tanya apakah ada cara untuk menentukan mana dari pasiennya yang berada dalam keadaan koma dan tak sadar, mana yang tidak sadar dan mana yang di tengah-tengah? 
Tahun itu, dia pindah ke Unit Kognisi dan Otak di Dewan Riset Medis di Cambridge, tempat para peneliti menggunakan berbagai macam teknik pemindaian. 
Salah satu tekniknya, yaitu positron emission tomography (PET), menyoroti berbagai macam proses metabolisme di otak, seperti penggunaan oksigen dan gula. 
Teknik lainnya, yang dikenal sebagai functional magnetic resonance imaging(FMRI), dapat mengungkapkan pusat-pusat yang aktif di otak dengan mendeteksi hentakan kecil dalam aliran darah yang terjadi ketika pikiran menderu. 
Owen bertanya-tanya apakah dia dapat menggunakan teknik-teknik ini untuk menjangkau para pasiennya, seperti temannya, yang terperangkap di antara kepekaan dan kehampaan. 

Keputusan dengan sadar 
Setengah abad lalu, jika jantung Anda berhenti berdenyut, Anda dapat dinyatakan meninggal meskipun Anda mungkin sepenuhnya sadar ketika dokter mengirim Anda ke kamar mayat. 
Hal ini mungkin dapat menjelaskan cerita-cerita buruk sepanjang sejarah mengenai mereka yang "bangkit dari kematian". Yang terakhir pada tahun 2011, dewan kota di Provinsi Malatya di Turki tengah mengumumkan mendirikan kamar mayat dengan sistem peringatan dan pintu ruang pendingin yang dapat dibuka dari dalam. 
Masalahnya adalah definisi ilmiah dari "kematian" tetap tak bisa dipecahkan sama halnya seperti definisi "kesadaran". Hidup tidak lagi dikaitkan dengan memiliki jantung yang berdenyut, kata Owen. 
Jika saya memiliki jantung buatan, apakah artinya saya mati? Jika saya menggunakan mesin pendukung hidup, apakah artinya saya mati? Apakah ketidakmampuan memelihara hidup secara mandiri merupakan definisi yang cukup masuk akal untuk kematian? 
Tidak, karena jika begitu maka kita semua akan "mati" dalam masa sembilan bulan sebelum dilahirkan. 
Isu ini menjadi makin menjadi pelik ketika kita memikirkan mereka yang terperangkap di dunia yang temaram antara kehidupan normal dan kematian, dari mereka yang masuk ke ketidaksadaran dan terbangunkan, yang terperangkap dalam "keadaan sadar secara minimal", sampai mereka yang "rusak" parah dalam keadaan vegetatif atau koma. 
Pasien-pasien ini pertama kali muncul setelah dikembangkannya alat pernapasan buatan di tahun 1950-an di Denmark, sebuah penemuan yang mendefinisikan kembali akhir masa kehidupan dalam ide mengenai kematian otak dan menciptakan bidang khusus perawatan intensif. 
Di sana, pasien yang tidak dapat memberikan respons dan yang berada dalam koma yang kelihatannya tidak akan bisa bangkit lagi dianggap sebagaivegetables (sayuran) atau jellyfish (ubur-ubur). 
Seperti biasanya ketika mengobati pasien, definisi merupakan hal penting: pemahaman mengenai kemungkinan sembuh, manfaat perawatan dan lain-lain semuanya tergantung pada diagnosis yang tepat. 

Pada tahun 1960-an, neurolog Fred Plum di New York dan ahli bedah saraf Bryan Jennett di Glasgow melakukan pekerjaan perintis untuk memahami dan mengkategorikan gangguan-gangguan kesadaran. 
Plum menciptakan istilah "locked-in syndrome", di mana pasien dalam keadaan terjaga tetapi tidak dapat bergerak atau berbicara. 
Dengan Plum, Jennett menyusun Skala Koma Glasgow untuk menilai kedalaman koma, dan Jennett kemudian menyusun juga Skala Hasil Glasgow untuk mengukur tingkat pemulihan, dari kematian sampai cacat ringan. 
Mereka bersama-sama mengesahkan istilah "keadaan vegetatif terus menerus" untuk para pasien yang, menurut mereka, "memiliki masa-masa terbangun ketika mata mereka terbuka dan bergerak, daya tanggap mereka terbatas pada gerakan anggota tubuh postural dan refleks primitif, dan mereka tidak pernah bicara". 
Pada tahun 2002, Jennett termasuk dalam kelompok neurolog yang memilih istilah "sadar secara minimal" untuk menggambarkan mereka yang kadang-kadang terbangun dan yang setengah terbangun, yang menunjukkan tanda-tanda kesadaran tak menentu sehingga satu saat mereka dapat mengikuti instruksi yang sederhana dan waktu lainnya tidak bisa. 

    Bahkan sampai hari ini pun, kita masih saja beragumentasi mengenai siapa yang sadar dan siapa yang tidak. 

    Pindaian pengungkap informasi 
    Kate Bainbridge, seorang guru sekolah berusia 26 tahun, jatuh koma tiga hari setelah ia menderita penyakit yang mirip dengan flu. 
    Otaknya terkena radang, bersama juga dengan bagian atas unsur primitif tulang belakang, yaitu batang otak, yang mengatur siklus tidur. 
    Beberapa minggu setelah infeksinya sembuh, Kate terjaga dari koma tapi didiagnosis sebagai berada dalam keadaan vegetatif. 
    Untungnya, dokter perawatan intensif yang bertanggung jawab atas dirinya, David Menon, juga merupakan Kepala Peneliti di Wolfson Brain Imaging Centre yang baru buka di Cambridge, di mana Adrian Owen kemudian bekerja. 
    Tahun 1997, empat bulan setelah didiagnosis sebagai vegetatif, Kate menjadi pasien pertama dalam keadaan vegetatif yang diteliti oleh kelompok Cambridge ini. 
    Hasilnya, yang diterbitkan tahun 1998, benar-benar tak terduga dan luar biasa.
    Bukan saja Kate bereaksi pada wajah: respons otaknya pun tak bisa dibedakan dengan otak para sukarelawan penelitian yang sehat. 

      Pindaian otaknya memperlihatkan cipratan warna merah, yang menandai aktivitas otak di bagian belakang otaknya, di bagian yang bernama fusiform gyrus, yang membantunya mengenali wajah orang. 

      Kate menjadi pasien pertama yang pindaian otaknya yang canggih (dalam kasus ini menggunakan PET) mengungkapkan "kesadaran terselubung". Tentu saja, apakah responsnya itu merupakan refleks atau tanda kesadaran, pada saat itu, masih diperdebatkan. 
      Hasil ini sangat penting bagi sains tapi juga bagi Kate dan orang tuanya. "Adanya proses kognitif yang masih terjaga baik membasmi nihilisme yang biasanya menguasai pengelolaan terhadap pasien semacam itu pada umumnya, dan mendukung keputusan untuk terus mengobati Kate dengan agresif," kata Menon mengenang kejadian itu. 
      Kate akhirnya bangkit dari penderitaannya, enam bulan setelah diagnosis dikeluarkan. 
      "Mereka mengatakan saya tidak bisa merasakan sakit," kata Kate. "Mereka salah."
      Kadang-kadang ia menjerit, tetapi perawat mengiranya hanya gerakan refleks. Kate merasa dilalaikan dan tak berdaya. Staf di rumah sakit tidak tahu seberapa menderitanya ia dalam perawatan mereka. 
      Kate merasa fisioterapi menakutkan: para perawat tidak pernah menjelaskan apa yang mereka lakukan kepadanya. Ia merasa takut ketika mereka membuang lendir dari paru-parunya. 
      "Saya tidak bisa menceritakan betapa menakutkannya, terutama ketika penyedot masuk ke mulut," kata Kate dalam tulisannya. Di satu saat, rasa sakit dan putus asanya menjadi begitu besar sehingga ia berusaha mengakhiri hidupnya dengan menahan napas. 
      "Saya tidak bisa menghentikan hidung saya untuk bernapas, usaha saya tidak berhasil. Tubuh saya tampaknya tidak ingin mati." 
      Kate mengatakan kesembuhannya tidak langsung seperti ketika kita menyalakan lampu, tetapi perlahan-lahan. Diperlukan waktu lima bulan sampai ia bisa tersenyum. 
      Namun saat itu ia sudah kehilangan pekerjaannya, indra penciuman dan indra perasanya, dan banyak hal lain yang seharusnya menjadi masa depannya. 
      Kini Kate tinggal lagi bersama orang tuanya. Ia masih sangat tak mampu bergerak dan memerlukan kursi roda. 
      Perlahan-lahan Kate mulai berbicara lagi dan, walaupun masih marah mengenai caranya diperlakukan ketika ia berada dalam keadaan paling rentan, ia tetap berterima kasih kepada mereka yang membantu benaknya untuk melarikan diri dari perangkap. 
      Di kampus di selatan Liege yang seperti hutan, Steven Laureys meneliti para pasien vegetatif dalam penelitian yang sudah berlangsung beberapa decade. 
      Bekerja di sana sebagai bagian dari Cyclotron Research Centre di tahun 1990-an, Laureys merasa terkejut ketika pindaian otak PET mengungkapkan bahwa pasien dapat memberi tanggapan ketika nama mereka disebut: suara yang mengandung arti memproduksi perubahan dalam aliran darah di korteks utama pendengaran. 
      Sementara itu, di sisi lain Atlantik, Nicholas Schiff menemukan bahwa dalam otak yang rusak parah masih ada bagian yang bekerja, gugusan sisa-sisa aktivitas saraf. Apakah artinya ini? 

      Mau main tenis? 
      Pada saat itu, dokter mengira mereka sudah mengetahui jawabannya, bahwa tidak ada pasien dalam keadaan vegetatif terus menerus yang sadar. 
      Tidak peduli bahwa menatap gambar membuat bagian otak menyala, sanggah mereka: bahkan pada kera yang dibius pun itu bisa terjadi. 
      Berdasarkan pengalaman sebelumnya, otak yang kekurangan oksigen akibat serangan jantung atau stroke tidak mungkin bisa sembuh jika tidak sembuh dalam beberapa bulan pertama. 
      Para pasien ini mengalami nasib yang dianggap banyak orang lebih buruk dari kematian, yaitu secara fungsional mereka sudah tidak berotak tapi tidak mati. 
      Dokter, dengan niat baik mereka menganggap sudah bisa diterima untuk mengakhiri hidup pasien yang vegetatif dengan membuat mereka lapar atau dibiarkan tanpa air. Inilah masa yang disebut Laureys sebagai "nihilisme terapeutik". 
      Apa yang diusulkan Owen, Laureys dan Schiff adalah upaya untuk memikirkan kembali tentang pasien yang dianggap vegetatif. 
      Sejumlah di antaranya bisa dikelaskan sebagai sadar penuh dan terkunci (locked in). Pemikiran yang sudah mapan dengan tabah mereka lawan. 
      "Anda tak akan bisa membayangkan keadaan di penghujung tahun 1990-an," kata Schiff. "Permusuhan yang kami hadapi bukan sekadar skeptisisme saja." 
      Sambil mengingat masa lalu, Laureys berhenti berkata dan tersenyum tipis, "Para dokter medis tidak senang kalau dikatakan bahwa mereka salah." 
      Lalu datang tahun 2006. Owen dan Laureys sedang berusaha menemukan cara yang dapat diandalkan untuk berkomunikasi dengan pasien dalam keadaan vegetatif, termasuk Gillian (bukan nama sebenarnya). 
      Pada bulan Juli tahun 2005, Gillian berusia 23 tahun ini sedang menyeberang jalan sambil mengobrol di teleponnya. Ia dtabrak dua mobil. 

        Lima bulan kemudian, serangan stroke secara kebetulan malah membuka kotak yang mengurung Gillian. 

        Temuan kunci yang muncul dari studi sistematik Owen dimulai dengan Laurey di tahun 2005. Mereka meminta para sukarelawan yang sehat untuk membayangkan melakukan hal berbeda-beda, mulai dari menyanyi sampai membayangkan wajah ibu mereka. 
        Lalu Owen mendapat ide lain. "Saya minta orang yang sehat membayangkan main tenis, lalu membayangkan berjalan keliling ruang di rumahnya." 
        Membayangkan bermain tenis menghidupakan bagian korteks, yang disebut daerah motorik tambahan, yang terlibat dalam simulasi mental atas gerakan.
        Namun membayangkan berjalan keliling rumah mengaktifkan parahippocampal gyrus di bagian inti otak, di parietal lobe bagian belakang dan lateral premotor cortex. 
        Kedua pola aktivitas ini jelas perbedaannya seperti 'ya' dan 'tidak'. Jadi, jika orang-orang diminta main tenis itu artinya untuk menjawab "ya" dan keliling sekitar rumah untuk menjawab "tidak", dan mereka dapat menjawabnya melalui pemindaian FMRI. 
        Sambil menatap otak Gillian yang vegetatif menggunakan pemindai otak, Owen memintanya melakukan membayangkan hal yang sama dan ia melihat pola aktif yang sama seperti pada para sukarelawan yang sehat. 
        Itu merupakan momen luar biasa. Owen dapat membaca pikiran Gillian!
        Kasus Gillian ini diterbitkan dalam jurnal Science tahun 2006, dan menjadi berita utama di sleuruh dunia. 
        Sejak itu studi yang dilakukan di Belgia, Inggris, Amerika Serikat dan Kanada menyatakan bahwa sejumlah besar pasien yang diklasifikasikan sebagai vegetatif dalam beberapa tahun ini telah mendapatkan diagnosis yang salah. 
        Owen memperkirakan bahwa mungkin kesalahan diagnosis mencapai sampai 20%.
        Schiff, yang menilai kesalahan diagnosis dengan cara lain menyebutkan bahwa berdasarkan studi baru-baru ini, 40% pasien yang dianggap vegetatif ketika diperiksa lagi lebih dekat, ternyata sebagian sadar. 

        Cahaya masuk di kegelapan 
        Dewasa ini sudah biasa untuk memikirkan masa trasisi antara hidup dan mati sebagai masalah "otak", alih-alih masalah "jantung". 
        Pasien yang berada dalam keadaan vegetatif terus menerus masih memiliki batang otak yang berfungsi dan dapat bernapas tanpa bantuan. 
        Mereka juga mungkin memiliki beberapa tingkat kesadaran dan memiliki sedikit harapan untuk sembuh. 
        Sebagai perbedaan, pemindaian PET terhadap seseorang yang otaknya sudah mati memperlihatkan kekosongan gelap dalam tengkorak kepala, sebuah landskap saraf yang gersang tanpa harapan untuk bangkit lagi; tubuh mereka pun tidak akan bisa bertahan tanpa bantuan artifisial. 
        Schiff percaya bahwa kombinasi peralatan, obat-obatan dan terapi sel, menjadi dasar untuk diagnosis dan pengobatan generasi baru, yang akan memberikan secercah cahaya pada ketidakjelasan antara sadar dan tidak sadar. "Saat ini kita belum mencapai titik itu," katanya menekankan. 
        Banyak dari pekerjaan dewasa ini mendemonstrasikan pentingnya pemindaian otak pada pasien, namun tentunya mereka akan memerlukan metode yang dapat diandalkan untuk semua pasien. 
        Pada akhirnya, Schiff percaya akan ada "pergeseran budaya". 
        Laureys berpikir mungkin kita harus mulai dengan bahasa yang kita pakai untuk menggambarkan para pasien ini. 
        Ia ingin menggantikan istilah "vegetatif" yang memiliki banyak muatan makna dengan istilah yang lebih netral "keterjagaan yang tidak responsif".

        (Sumber: bbc.co.uk/indonesia)

        Apakah manusia bisa berhibernasi?

        Pada cuaca yang dingin, apakah anda pernah membayangkan diri Anda mematikan sementara diri anda  hingga cuaca kembali menghangat ? Banyak hewan melakukan hal itu, suatu keadaan yang yang dikenal sebagai mati suri atau hibernasi. Hibernasi mengurangi fungsi tubuh hewan seminimum mungkin, berenergi hanya dengan menggunakan simpanan lemak dalam tubuh. Lalu, apakah manusia dapat berhibernasi dengan cara yang sama ?

        Selain menyediakan cara yang nyaman untuk menghindari musim dingin, hibernasi mungkin mungkin dapat digunakan dalam perjalanan ruang angkasa jarak jauh. Sebuah perjalanan ke planet terdekat Bumi, Mars saja membutuhkan waktu delapan bulan dengan teknologi saat ini.
        Jika kita satu hari dapat mengunjungi sistem bintang lain dengan kecepatan cahaya, perjalanan membutuhkan waktu bertahun-tahun. Pergi dalam keadaan hibernasi jangka panjang tentunya tidak membuat jarak membosankan bagi para astronot, dan dapat melestarikan sumber daya vital.

        Suhu tubuh dan metabolisme
        Mati suri tampaknya telah berevolusi  secara efektif mengisi kesenjangan selama beberapa periode, ketika hewan tidak ada memiliki kebutuhan untuk keluar. Kapan dan berapa lama hewan mati suri dapat sangat bervariasi, dari beberapa bulan tahun ini, hanya beberapa jam sehari selama beberapa bulan.
        Beberapa hewan, seperti burung Kolibri dan tikus, memasuki keadaan mati suri setiap hari jika mereka perlu untuk menghemat energi. Lain halnya, seperti landak dan beruang, mereka masuk ke periode lama mati suri, biasanya selama musim dingin (ini adalah apa yang kita sebut hibernasi). Spesies-spesies yang masuk ke dalam mati suri setiap tahun, bahkan jika kondisi di luar stabil, disebutobligatory hibernators.
        Fakta bahwa mamalia besar seperti beruang dan bahkan primata, seperti lemur kerdil Madagaskar, bisa berhibernasi, berarti bahwa secara teoritis manusia tidak terlalu kehabisan energi untuk masuk mati suri.
        Salah satu kesulitan mereplikasi mati suri adalah bahwa kita tidak benar-benar tahu bagaimana hewan memulai dan mempertahankan prosesnya. Banyak penelitian telah dikhususkan untuk menyelidiki mati suri, tetapi beberapa jawaban konklusif telah diperoleh sejauh ini. Di satu sisi mati suri dipicu keadaan tubuh, dimulai dengan perubahan yang terjadi di tiap sel tubuh pada tingkat molekuler, namun pendekatan yang melibatkan sinyal dari sistem saraf atau hormon juga mungkin memainkan peran.
        (K.N Rosandrani / Iflscience)

        Minggu, 03 Juli 2016

        Nyanyi Lagu Dangdut yang Isinya Makian dan Ngomongin Selingkuh

        Untuk kesekian kalinya, generasi penerus bangsa bermasalah dengan dangdut. Yup! Baru-baru ini dunia maya sedang dihebohkan dengan video anak kecil menyanyikan lagu dangdut. Yang ramai diperbincangkan masyarakat bukan aliran musiknya, namun lirik lagunya yang memakai kata-kata kasar dan menceritakan problematika rumah tangga.

        Meski penyanyinya Nova Rizqi Romadhon saat ini duduk di bangku SMP, tetap saja dianggap belum pantas menyanyikan. Berbagai kritik pun muncul, termasuk dari Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPA), Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).
        Supaya lebih jelasnya, langsung aja yuk simak informasi yang sudah Hipwee himpun dari berbagai sumber berikut ini.

        Video Lelaki Kardus yang dinyanyikan Nova telah diunggah di laman Youtube sejak 28 Juni 2016 lalu. Dalam videonya, Nova nggak tampil sendirian, tapi bersama anak-anak kecil lainnya yang menjadi backing vocal. Lirik lagu yang berisi cacian kepada sosok ayah dan mengisahkan masalah orang dewasa mendapat respons negatif dari netizen. Mereka menganggap makin berkembangnya zaman, anak-anak seperti kekurangan lagu sesuai usia.

        Meski berdasarkan kisah nyata, namun liriknya yang kasar dan menceritakan problematika rumah tangga dianggap melanggar etika dan moral anak.


        Bapakku Kawin Lagi
        Aku Ditinggalin
        Aku sakit hati
        Ibuk ku diduain
        Ibukku minta cerai
        Tapi dipukulin
        Bapakku pengkhianat
        Ibukku dibohongin
        Lelaki kardus
        Lelaki karpet
        Lelaki kencroot
        Lelaki bangkrut
        Lelaki mencret
        Lelaki karbet
        Lelaki bangsat
        Paragraf pertama merupakan sebagian awal lirik lagu Lelaki Kardus yang dinyanyikan Nova. Sedangkan paragraf kedua bagian yang disenandungkan anak-anak kecil lainnya. Asrorun Niam – selaku ketua KPAI mengatakan sudah mendapat konfirmasi dari pencipta lagu Achmad Sawadi.
        Dari situ pun terungkap lagu tersebut diciptakan berdasarkan kisah nyata anak dan perempuan yang 4 tahun lalu menjadi korban poligami serta telah dinikahinya. Keduanya stres dan tak bisa bicara. Walau saat ini ibunya sudah sembuh, anaknya yang sekarang berusia 8 tahun masih bisu. Tetap saja lagu tersebut dinyanyikan oleh anak kecil merupakan salah satu hal yang disayangkan.
        “Walaupun kisah nyata, visualisasi dengan lirik tentang perceraian dan dengan bahasa yang kasar jelas melanggar etika dan moral perlindungan anak,” ujar Asrorun,
        seperti dikutip dari beritakepo.com

        Sayangnya hal itu tak sama dengan ibu Nova anak yang menyanyikan lagu Lelaki Kardus. Menurutnya, yang penting anaknya bernyanyi.


        Kritik-kritik tersebut berbeda dengan pendapat ibunda Nova Nurul. Menurutnya tak masalah Nova saat itu menyanyikan lagu Lelaki Kardus. Yang penting baginya Nova berkarya dan lagu yang dipermasalahkan itu juga terinspirasi dari kisah nyata. Nova sendiri saat ini berusia 15 tahun, sedangkan video Lelaki Kardus tersebut dibuat dari beberapa tahun lalu. Aktivitas Nova dalam bernyanyi pun sudah sering manggung – biasanya sampai ke Malang. 

        Pihak LPA, KPAI, dan Kominfo pun menyayangkannya. Gerakan untuk penyelesaiannya telah dilakukan.


        Sah-sah saja menciptakan lagu dari kisah nyata. Jika lagu seperti Lelaki Kardus dinyanyikan oleh orang dewasa tentu tak akan menjadi masalah. Demikian halnya dengan anak kecil yang ingin menunjukkan bakat bernyanyinya, apalagi kalau hal itu memang keinginannya.Tapi sekiranya butuh batasan-batasan tertentu dalam memberi ruang anak di bawah umur untuk berkarya, apalagi mempublikasikannya di depan publik

        http://www.hipwee.com/hiburan/nyanyi-lagu-dangdut-yang-isinya-makian-dan-ngomongin-selingkuh-anak-ini-bikin-sedih-netizen/

        Ironi moral

        Seiringnya perkembangan jaman kita dapat dengan mudah mengakses apa pun di internet seperti berita peristiwa, tren musik dan busana, kuliner dan masih banyak lagi. Dewasa ini banyak sekali postingan yang kita jumpai di berbagai situs yang menunjukkan sisi negatif yang akan berpengaruh baik itu untuk diri sendiri maupun orang-orang yang melihat postingan tersebut. Orang-orang dapat dengan mudah menerima segala informasi yang tak layak tersebut dan jika tak pandai menyikapinya malah akan berujung ke arah yang kurang baik.
        Tidak dapat dipungkiri lagi saat ini orang dapat dengan bebas mengunggah apa pun tanpa adanya tanggung jawab akan akibatnya. Seperti mengunggah foto maupun video yang anak kecil dan remaja tak pantas melakukannya, tentu teman-teman sendiri banyak menjumpainya bukan?
        Dari unggahan-unggahan yang tak bertanggung jawab tersebut tentunya  banyak kalangan yang meresahkan hal tersebut. Apalagi ketika anak-anak membuka internet dan melihat hal yang kurang baik tanpa pengawasan orangtua kemungkinan besar anak-anak akan mengikuti apa yang sudah mereka lihat.
        Dari unggahan-unggahan tersebut apakah mereka tidak menyadari bahwa ratusan bahkan jutaan orang dari seluruh penjuru dunia akan melihat itu dan menjadi candu untuk orang lain terlebih lagi sekarang ini pengguna internet adalah anak-anak dan remaja. Mereka tak segan-segan mengikuti apa yang mereka lihat dan ikut mengunggah hal yang kurang baik tersebut tanpa rasa malu. 
        Ternyata dari hal-hal sepele tersebut akan menjadi racun untuk pemuda-pemudi penerus bangsa untuk mengikuti tren-tren yang tidak wajar tersebut. Seperti yang baru-baru ini kita dengar, seorang remaja SMA membentak seorang polisi wanita, mengunggah foto-foto bak orang dewasa, anak-anak dibawah umur yang tanpa rasa malu mengunggah foto dengan kekasihnya di atas ranjang.
        Sungguh menyedihkan bukan moral anak muda saat ini? Tulisan ini tidak saya tujukan untuk menjelek-jelekan berbagai pihak namun untuk lebih mengingatkan hal-hal apa saja yang sudah kita lupakan tentang moral sebagai manusia yang beriman dan berahlak.
         

        1. Banyak Toleransi

        Bumi ini sudah tua dan perkembangan teknologi, budaya dan lain sebagainya maju dengan pesat. Dengan mengatas namakan hak asasi manusia semuanya tak segan-segan melakukan apa pun tanpa ada dasar yang jelas. Semua orang punya hak namun tak mau haknya terbatasi walaupun mereka tahu bahwa mereka punya kewajiban dengan hukum-hukum yang berlaku. 
        "Dia aja boleh begini begitu masa aku gak boleh? "
        "Jangan norak deh, sekarang emang lagi musimnya!"
        "Di luar negri aja lagi ngetren!"
        Terlepas dari budaya barat kita sebagai umat beragama pastinya memiliki batasan-batasan dalam bergaul dan bersikap. Jika kita mentoleransikan hal-hal yang lagi ngetren tapi tak sesuai dengan norma-norma yang ada bagaimana dengan nasib muda-mudi penerus bangsa yang selanjutnya?

        2. Kurang Bergaul Dengan Orang Tua

        Banyak yang menganggap berbicara dengan orang tua itu membosankan dan merisaukan pasalnya karena orang tua sukanya menceramahi anak muda. Padahal dengan seringnya kita berbicara dengan orang tua baik itu bukan orangtua kita sendiri dan berbagi cerita serta sering diceramahi, membuat diri kita tak lepas dari norma-norma yang disampaikan dalam nasihat orang tua tersebut. Jika kita banyak mendengarkan nasihat-nasihat orang tua maka diri kita pun terbiasa akan hal tersebut bahkan akan menjadikan suatu kebiasaan bagi diri kita.
        Bayangkan kalau kita hidup tanpa arahan orang tua, kemungkinan besar kita akan melampiaskan masalah-masalah yang kita alami ke tempat kurang tepat. Seperti kabur dari rumah, mabuk bersama teman-teman, nongkrong dijalanan dan sebagainya tanpa tujuan yang jelas. Memang hal-hal tersebut adalah masa dimana anak muda mencari jati dirinya, namun jika berlebihan apa jadinya?

        3. Selalu Merasa Hebat

        Selalu menganggap diri lebih baik dan hebat dari orang lain membuat diri kita sombong dan tidak mau mendengarkan masukan dari orang lain. Sikap seperti ini yang membuat seseorang menjadi keras dan tak peduli akan pendapat orang lain.
        Padahal tidak ada satu manusia pun yang dapat menjalani hidup nya sendiri. Semua orang butuh orang lain untuk kelangsungan hidupnya. Sikap arogan yang kita miliki membuat kita meremehkan orang lain dan membuat orang tak nyaman bergaul dengan kita.
        "Tahu apa sih dia? kayak pinter aja"
        "Jangan sok nasehatin aku deh. Urusin aja dirimu sendiri"
        Kata-kata di atas pasti pernah kita ucapkan baik ke orang lain maupun terhadap diri kita sendiri. Padahal dengan adanya nasehat dari orang lain dapat membantu kita menjadi orang yang lebih baik lagi. Apa gunanya wajah cantik/ganteng dan ilmu yang tinggi kalau kita tidak mampu menghargai dan menyikapi dengan baik kepada orang yang memberi masukan kepada kita?

        4. Takut Dianggap Tidak Keren

        Melihat sekarang ini orang-orang berlomba mengunggah aktivitasnya sehari-hari di media sosial dan tidak menutup kemungkinan mereka yang aslinya biasa-biasa saja juga panas ingin mengikuti tren yang sedang melambung ini. Bukan hanya di sinetron saja kita bisa melihat seorang anak yang berasal dari keluarga kurang mampu memaksakan orang tua nya untuk memberikan apa saja yang ia minta hanya untuk terlihat keren dimata teman-temannya.
        Sungguh Menyedihkan melihat hal itu terjadi di sekeliling kita, tanpa rasa kasihan memeras orang tua hanya untuk hal sepele seperti itu.
        "bu, pokoknya besok aku mau di belikan iPhone seperti teman-teman"
        "Eh.. Si A ngepost foto dugem tuh, kita jangan mau kalah!"
        "Keren banget sih dia pake pakaian mini gitu, besok beli ah buat nongkrong!"
        Mereka bangga dengan diri mereka yang mengunggah kebiasaan yang tidak seharusnya mereka unggah di media sosial. Kita juga tida bisa menyalahkan teman-teman yang mempunyai keuangan yang lebih baik dari pada kita. Kalau kita mampu menyaring mana yang baik dan yang tidak, ya tidak ada salahnya.
        Tapi, kalau sudah seperti yang di atas rasanya itu tidak patut untuk memaksakan dan kita ikuti, sebab kita sendiri mengatahui bahwa dalam setiap agama ada batasan-batasan dalam bergaul dan tuhan tidak menyukai orang-orang yang suka mengumbar-ngumbar kemewahan apalagi mengumbar tubuh.
        Apakah mereka tidak tahu dampak yang terjadi jika unggahan yang mengumbar tersebut ditiru oleh anak-anak di bawah umur? Bagaimana nasib penerus bangsa yang akan datang?


        5. Tidak Belajar Menjadi Seperti Gelas Yang Setengah Kosong

        Tentu kalian sudah banyak mendengar istilah gelas setengah kosong. Menurut penalaran saya kita di ibaratkan sebagai gelas dan air adalah ilmu yang kita miliki. Apabila kita menempatkan diri kita sebagai sebuah gelas yang berisi air penuh maka tidak ada tempat lagi untuk air masuk kedalam gelas, jika gelas (kita) dituangkan air (ilmu) dari gelas yang lain (ilmu dari orang lain) maka otomatis air itu akan tumpah.
        Lebih jelasnya saat kita merasa diri kita sudah punya cukup ilmu kita menganggap ilmu orang lain tidak berguna bagi kita, kita mendengarkan ilmu yang disampaikan oleh orang lain namun karena kesombongan yang kita miliki kita menganggap remeh ilmu yang diberikan dan mengabaikannya ilmu yang diberikan tersebut.
        Namun, apabila kita menempatkan diri kita sebagai gelas yang setengah kosong maka air masih dapat mengisi kekosongan tersebut dan ketika gelas itu penuh kita membaginya lagi kepada gelas-gelas yang lain dan berlanjut terus menerus seperti itu. 
        "Aku gak butuh nasehat dari kamu!"
        "Ilmu kamu itu tidak cukup untuk berbicara dengan saya!"
        "Dasar anak kecil, tahu apa kamu tentang hidup?!"
        Kalau anak muda bersikap terus menerus seperti itu bagaimana mereka akan belajar menghargai orang lain? Bagaimana anak muda bisa haus akan ilmu? Bukankah ilmu adalah hal yang berharga? Padahal semakin banyak kita mempunyai ilmu semakin merunduklah kita, semakin banyaknya ilmu maka semakin pandai kita memilih mana yang baik/buruk dalam bersikap sebagai manusia yang beriman dan berilmu.

        6. kurangnya Pendidikan Agama

        Pendidikan agama adalah kunci utama kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Bayangkan apabila kita tidak mendapatkan pendidikan agama sejak kecil hingga sekarang, akan seperti apakah gaya hidup kita. Di dalam kita-kitab semua umat beragama telah menjelaskan berbagai tuntunan serta hukum-hukum dalam menjalani hidup.
        Contohnya Al-Quran, didalam Al-Quran sudah terdapat penjelasan adab-adab dalam mengerjakan apa pun. Banyak hukum-hukum didalam Al-Quran dan kitab agama lain yang dapat menuntun kita ke jalan yang baik. apabila  kita tidak mengindahkan apa yang sudah ditentukan dari tuhan untuk kita bagaimana mungkin kita dapat menjadi seorang pribadi yang baik?
        Maka dari itu kurangnya pendidikan agama pada anak muda sangat berpengaruh besar dalam kesehariannya bergaul dan bersikap.
        "Udah gak ada duit lagi nih, mau gak mau gue harus ketemu sama om itu"
        "Anjrit banyak banget masalah gue!! Ah dugem aja lah biar have fun"
        Kurangnya pendidikan agama pada remaja membuat mereka melarikan diri dari masalah ke tempat-tempat yang sebetulnya tidak memberikan kebahagian dan ketenangan yang sesungguhnya. Remaja juga tidak mampu mengontrol keingintahuannya sehingga tidak dapat membedakan mana yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Remaja seakan buta dengan mana yang buruk dan yang baik. Yang lebih parahnya lagi mereka tidak malu mengunggah kebiasaan yang tidak baik tersebut ke medial sosial.

        Sekian adalah beberapa hal yang mampu menurunkan moral, semoga dengan adanya tulisan ini dapat membuat kita semua sadar bahwa perubahan dapat dimulai dengan hal yang kecil. Mari kita menjadi insan yang lebih baik ke depannya.


        http://www.hipwee.com/list/6-hal-yang-membuat-moral-anak-muda-berkurang/