Kamis, 31 Juli 2014

Belanjar Bicara


Bersama seorang teman, saya menikmati sore hari dengan duduk-duduk sambil mengobrol di kedai kopi. Di mal tentunya. Salah satu obrolan itu begini. Teman saya kesal karena salah satu temannya kalau berbicara selalu berkesan show off. ”Masak doi ngomong gini. Mobil BM gue lagi dipinjem saudara ke Bandung,” jelasnya. ”Emang penting nyebutin merek mobil? Enggak bisa ya kalau bilang gini aja...mobil saya sedang dipinjam saudara ke Bandung? Mang gue peduli mobil doi apa?” ”Gue tahu sih doi mang kaya raya.”

Pohon dan buahnya

Dalam hati saya terpingkal-pingkal. Mereka yang kaya cukup pantas berbicara seperti itu, laaa...saya ini kaya saja tidak, kalau bicara, yaaa...kayak gitu itu. Baru saja saya terpingkal, teman saya nyerocos lagi. ”Mbok enggak usah show off. Kalau nanti ditanya saja baru menjelaskan. Kalau enggak ditanya, biasa aja napa? Emang susah ya kalau ngomong keluar kota aja, enggak usah ke luar negeri? Maksud gue, kalaupun elo ke luar negeri, emang beda rasanya kalau hanya mengucap keluar kota?

Nurani saya langsung menyambar seperti biasa. ”Ya iyalaaaahhhhh...” Tetapi begitulah kenyataan yang ada. Meski saya pikir tak semua orang kalau bicara punya niat show off. Pemikiran itu saya lontarkan kepada teman saya itu. Belum selesai menjelaskan, suaranya menyambar. ”Gini ya, cong...kalau elo tu orangnya rendah hati, kalau niat elo dari lubuk hati yang terdalam emang enggak mau show off, yang keluar yaaa...enggak bakalan sesuatu yang show off. Ngerti?” Saya diam seperti seorang anak kecil yang sedang dimarahi ibunya.

”Liat elo aja. Waktu elo difoto salah satu majalah interior, elo bilang elo pakai kemeja dan kemben di atasnya. Menurut elo, niat elo apa? Pakai baju kayak gitu kalau enggak mau cari sensasi,” katanya lagi. 

Setelah redam emosinya, saya menjelaskan kalau saya itu tak mencari sensasi. Dia meragukan penjelasan itu. ”Ra percoyo aku,” begitu jawabnya singkat. ”Tidak ada pohon yang baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak ada orang yang katanya punya niat tidak show off, menghasilkan kalimat-kalimat dan perilaku yang show off,” lanjutnya lagi.

Ia tak percaya, kemudian saya bertanya pada diri saya sendiri, apakah saya percaya pada apa yang diucapkan tadi. Bahwa saya tak mencari sensasi? Kalau mau jujur, ada sekian persen memang mau cari sensasi saat saya memadukan kemeja pria dengan kemben. Saya bisa menggunakan alasan, saya manusia kreatif, mau berpikir out of the box. Tetapi nurani sendiri tentu tak bisa saya kibuli.

Mulut dan isinya
Kadang ucapan yang sepertinya show off itu katanya bisa jadi menumbuhkan kepercayaan orang lain atas diri kita. Seperti kalau punya satu toko, beda kesan atau respons yang diberikan kalau punya sekian toko. Secara finansial, mengurusi satu toko sangat tidak efektif dibandingkan punya sekian toko. Ya, meski toko-tokonya itu masih dalam berutang dengan bank. Itu bukan yang hendak saya bicarakan.

Mulut saya sudah lama dikenal dan dianggap jahat, bahkan sampai sekarang ini. Menusuk seperti belati. Kalimat-kalimat yang menghambur keluar dari mulut itu seringkali tak senonoh. Tak dipikirkan terlebih dahulu. Sangat benar, saya ini sering kali nyerocos dulu baru kemudian berpikir akibatnya.

Saya juga manusia yang kalau sudah berbicara lupa berhenti, dan yang paling buruk dari semua itu, saya tidak memberi kesempatan orang memberi respons atau menjelaskan maksud dan isi kepalanya. Singkat cerita, saya ini tidak terlalu peduli dengan apa yang dibicarakan lawan bicara, yang penting tujuan saya tercapai.

Soal menggunakan kalimat atau kata yang tepat, juga tak banyak saya pikirkan. Satu hal lagi yang harus saya latih dalam urusan belajar berbicara adalah bijak memilih waktu yang tepat untuk menyampaikan pesan. Bijak melihat situasi dan memedulikan kondisi orang lain. Saya tak bisa langsung nyerocos kapan saja saya berkehendak. Dulu saya pikir, orang itu kadang sepantasnya memang dicerocosi tak perlu melihat situasi.
Saya salah besar. Menyerocosi itu bukan bertujuan memuaskan kekesalan dan merasa lega sendiri, tetapi membuat orang naik kelas, artinya ia tahu kesalahan dan diperbaiki. Sehingga kelegaan bisa dinikmati oleh dua belah pihak. Maka, katanya tak perlu membuang energi untuk berteriak dan meninggikan suara. Itu melelahkan. Katanya loh.

Dan tentu di atas segala-galanya, isi yang maha penting. Saat mulut mulai ”bernyanyi” itu tak hanya mencerminkan isi, tetapi mencerminkan siapa saya yang sesungguhnya. Yaaa...latar belakang, tingkat kedewasaan, tingkat pendidikan, dan gaya hidup.
Maka akan menjadi aneh bin ajaib kalau nama saya ada mulianya, sementara cara saya berbicara dan isi yang disampaikan jauh dari makna mulia. 

(Sumber : KOMPAS, Karya Samuel mulia pada 23-1-2011)

Benarkah Malu Betanya Sesat di Jalan ?


Nurani saya kemudian mengingatkan pada sebuah peribahasa berbunyi: malu bertanya sesat di jalan. Benarkah karena saya malu kemudian saya tersesat? Saya pikir lagi dengan IQ jongkok. Kalau saya malu menanyakan nama seseorang, saya bisa minta tolong lewat teman. Masalahnya, akan lebih lama menerima hasilnya ketimbang kalau saya tanya langsung kepada yang bersangkutan.
Jadi, malu hanya memperlambat sampainya informasi. Yang membuat saya tersesat adalah menanyakan pada sumber atau alamat yang salah. Kalau saya menanyakan IHSG kepada orang gila, saya akan tersesat. Saya tanya sesuatu kepada manusia yang pengetahuannya seimprit-imprit, saya bakal tersesat. Sudah seimprit, dimanipulasi pula. Maka saya makin tersesat.
Tersesat itu karena yang ditanya bisa jadi mulai berpikir, jawaban apakah yang bisa menguntungkan saya tanpa memedulikan kerugian yang bakal diterima oleh penunggu jawaban. Jadi, malu bertanya tak akan sesat di jalan, tetapi menanyakan kepada manusia yang pengetahuan dan kondisi jiwanya tidak sehat yang akan menyesatkan.
Setelah malam itu, saya membaca tulisan begini di social media . Orang tua marah itu hanya atas dasar demi kebaikan kita. Saya kesetrum dan berpikir secara sederhana karena kemampuan otaknya yaa… juga sederhana. Marah itu tidak baik. Titik. Mau itu dilakukan oleh orang tua kek, setengah tua kek, setengah muda kek, marah adalah perilaku yang tidak baik. Mengapa kalau orang tua marah selalu dikonotasikan baik?

*Tulisan Samuel Mulia, yang layak di baca untuk mereka yang suka salah memahami maksud dari suatu pribahasa 

Jumat, 25 Juli 2014

Makna Idul Fitri atau Lebaran



Idul Fitri selalu hadir sebagai penutup ibadah puasa Ramadhan setiap tahun. Sudah barang tentu kita semua bersama seluruh kaum muslimin senantiasa menyambut dan merayakannya dengan rasa penuh kegembiraan, keceriaan, kebahagiaan dan kesuka citaan. Namun yang menjadi pertanyaannya sekarang sudah benarkah sikap dan cara kita selama ini dalam memaknai, menyambut dan merayakan Idul Fitri?

Mari kita lihat sejenak beragam makna dan penyikapan yang ada di masayarakat terhadap hari raya idul fitri. Diantara masyarakat ada yang merayakan lebaran dengan  pakaian baru, sepatu baru, perhiasan baru dan penampilan baru. Belanja pakaian dan makanan untuk hari raya tampaknya seperti suatu keharusan yang tak bisa di tawar tawar lagi. Lantas apakah lebaran  cukup dimaknai dengan sesuatu yang bju baru ? Masih perlukah mengenakan pakaian baru saat lebaran di tengah kondisi ekonomi yang tak stabil seperti sekarang?
Lebaran sesungguhnya bukan hanya memakai baju baru saja. Lebaran juga bukan sekadar sholat ‘Id di Masjid, makan ketupat, berkumpul bersama keluarga dan saling bersalam-salaman.  Tapi lebih dari itu semua.


IDUL FITRI memiliki beberapa makna yang dalam.

Pertama, pada hari itu umat Islam telah berhasil menyelesaikan ibadah puasa. Berarti sudah memenangkan perang melawan hawa nafsu. Karena itu mereka bergembira dan merayakannya. Mereka telah meningkatkan akhlak dan kepribadiannya dengan ibadah puasa tersebut.

Kedua, mempererat ikatan persaudaraan. Pada saat-saat ini ikatan persaudaraan terasa begitu kokoh. Terasa ada sesuatu yang mempersatukan jiwa kita. Pada hari-hari lain, mungkin karena sibuk, kita jarang berkesempatan mengadakan reuni keluarga. Tapi di saat Lebaran ini, kita sengaja menyempatkan diri. Mulai dari- kakek-nenek, ayah-ibu, anak, menantu, cucu, sampai cicit berkumpul pada hari itu. Saling memaafkan bisa dilakukan kapan saja . Namun maaf-memafkan di hari raya itu mempunyai nilai tersendiri. Penuh haru dan hati yang lega.

Ketiga, rasa sosial, rasa kasih terhadap sesama. Tidaklah sempurna iman seorang Muslim, bila tidak mengasihi orang lain seperti mencintai dirinya. Itulah, maka Islam mewajibkan membayar zakat. Di samping kita masih berjuta yang hidup di bawah garis kemiskinan.

Berdasarkan hal-hal di atas, terasa bahwa lebaran ini tidak akan menumbuhkan penghayatan yang sama intensitasnya pada diri setiap orang. Bagi mereka yang berpuasa sebulan penuh dengan dilandasi iman dan ikhlas sebagi upaya untuk memuliakan pribadi mereka masing-masing sebagai manusia, lebaran ini bisa diahayati dengan mendalam.

Makna paling dalam yang dibawa Ramadhan dan Idul Fitri tidak boleh luput dan hilang dalam kegembiraan Idul Fitri. Gembiranya Idul Fitri hendaknya dimaknai sebagai peningkatan kesucian diri dan kemauan untuk hidup lebih baik lagi. Pesan spiritual yang ditanamkan selama Ramadhan tidak boleh mati oleh hura-hura Idul Fitri ataupun mudik. Silaturahmi Idul Fitri nan ikhlas, tanpa motif keuntungan sesaat, popularitas dan sejenisnya, pastilah akan meneguhkan jati diri bangsa. Selamat Idul Fitri, kembali ke jati diri, dan terus dalam kefitrahan.

Rabu, 16 Juli 2014

Membuat Mudik menjadi nyaman dan Selamat



Jelang Hari Raya Idul Fitri, fenomena “mudik Lebaran” ke kampung halaman selalu mewarnai. Mudik Lebaran tidak lagi sekadar pulang kampung, melainkan juga prosesi ritual untuk melepaskan rindu dan melambangkan  keterikatan hidup manusia atas komunitas dan sejarahnya.  Tradisi mudik dapat membudaya dan kian mapan karena disirami oleh nilai-nilai religius. Rupanya penilaian JJ Rousseau terbukti benar,  sebuah tradisi yang ditopang oleh ajaran agama akan sanggup bertahan dan mengakar kuat dalam mozaik kehidupan masyarakat.

Perjuangan pemudik untuk mencapai kampung halaman saat mudik Lebaran bukan tanpa risiko. Bagi mereka yang mudik dengan menunggang sepeda motor lebih beresiko jika dibandingkan dengan mereka yang menggunakan mobil pribadi maupun angkutan umum.

Fakta memperlihatkan, pada musim mudik Lebaran tahun 2013, Angka kecelakaan yang melibatkan sepeda motor mencapai 71%. Artinya, dari total kendaraan yang terlibat kecelakaan, si kuda besi masih mendominasi. Karena itu, para pemudik yang terpaksa bersepeda motor harus ekstra hati hati. Persiapan mesti sematang mungkin, mulai dari mengecek kondisi mesin seperti busi, kelistrikan (lampu-lampu), Ban, dan juga sistem pengereman.  Tanpa perhitungan yang matang, bukannya pulang kampung  kita justeru bisa terjebak dalam petaka jalan raya.

Selain persiapan kendaraan, kita juga perlu mempersiapakan diri agar badan tetap fit dan tidak mudah lelah saat mudik lebaran. Persiapan ini juga tak kalah pentingnya, karena jika badan tidak fit atau sudah lelah tentu akan sangat berbahaya ketika dipaksakan untuk tetap mengemudikan kendaraan.  

Berikut ini beberapa tips agar selamat saat mudik :
1.  Jaga kesehatan fisik. Hindari bersepeda motor dalam kondisi sakit.
2. Stabilitas emosi. Keletihan, dehidrasi, debu, asap, cuaca panas, kemacetan, hingga kebisingan suara kendaraan, bisa memicu stress. Kondisi tersebut bisa memicu emosi tidak stabil. Redam emosi berlebihan dengan tetap menjaga kebugaran
3.Mulailah perjalanan lebih awal sebelum jalanan padat kendaraan. Mengemudikan kendaraan dalam keadaan padat lalu lintas tentu menyebabkan badan cepat lelah.
4. Jika perjalanan anda cukup jauh, maka beristirahat setiap 2 jam sekali atau setelah menempuh jarak sekitar 240 Km.
5. Untuk mengusir rasa bosan, boleh-boleh saja memutar music saat mengemudi. Namun hindari music yang monoton.
6. Karena masih dalam keadaan berpuasa maka waspadalah terhadap radiasi sinar matahari. Sinar matahari tentu membuat kita cepat dehidrasi yang membuat kemampuan mengemudi berkurang.
7. Jangan mengemudi sendirian, harus ada cadangan. Hal ini sangat penting karena kemampuan seseorang dalam mengemudi maksimal 12 jam. Jadi jika anda dari Jakarta ingin menuju Surabaya maka seharusnya anda membawa pengemudi cadangan.
8. Tetaplah mengemudi secara sopan, jangan ugal-ugalan karena pengemudi lain juga berpuasa. Hargailah sesama pengemudi saat di jalan raya.

Mudik yang mencerminkan fitrah kemanusiaan, bukan perjalanan ugal-ugalan. Maka mudik harus mencerminkan ketaatan pada aturan hukum, karena dengan ketaatan itulah ciri kemanusiaan dan fitrah akan hadir. Menaati peraturan lalu lintas adalah cermin budaya bangsa. Lebaran tahun ini harus tetap bernuansa religius di tengah kesulitan hidup yang terus melonjak akibat kenaikan harga Listrik.

Cinta kasih dalam bingkai religius sebagai dasar pengembangan tradisi mudik lebaran, akan lebih memperkuat Silaturahmi antarmanusia. Keselamatan pemudik akan memperkuat ikatan batin dengan sanak keluarga di kampung. Di dalamnya butuh perasaan kebersamaan dan kekeluargaan dalam satu kesatuan bangsa

Move On VS Blo On



Hubungan memiliki alur yang nyaris sama dengan buku, dimana terdapat masa pengenalan, pacaran dan berakhir. Seperti buku yang memiliki bab pendahuluan, isi dan penutup.

Buku yang  memiliki nilai lebih akan membuat orang tertarik untuk membaca kelanjutannya tentu memiliki peluang untuk naik kelas, entah menjadi buku berseri atau bahkan di filmkan di layar lebar. Nasib sama juga dapat kita temui dalam hubungan manusia, jika suatu hubungan memiliki nilai lebih, dapat membawa kebaikan, dan membahagiakan maka akan berlanjut pada jenjang berikutnya, pertunangan atau bahkan pernikahan.

Jadi akan menjadi apa buku kita? apakah akan menjadi buku yang biasa aja atau bahkan membosankan sehingga tidak layak untuk dibaca kembali? atau buku yang dapat membawa kebahagiaan sehingga membuat pembaca begitu ingin membacanya lagi? 



Tulisanku tentang Patah Hati Heru Ajid karya @pidibaiq


Tulisan ini adalah tulisan @pidibaiq yang bagus buat di baca bagi orang yang lagi patah hati 


*** BERSAMA HERU AJID 1***

Aku lagi sama si Heru di rumahku. Dia bilang sedang sedih. Dia baru putus cinta.

"Atau, tujuan hidup ini memang untuk sedih, Heru. Kau anggaplah benar begitu, jadi sekarang harusnya kamu senang, karena sudah mencapai tujuannya".

Si Heru malah ketawa. "Kamu juga harusnya berterimakasih ke dia". Kok, terimakasih? "Iya, ketika dia khianat ke kamu, sebenarnya dia sedang jujur ke kamu. Dia sedang menunjukkan dirinya yang busuk untuk tidak jadi kau nikahi"

"Tapi dia mengecewakan aku, Ayah!". Dia manggil aku "Ayah". Ya, pastilah kecewa. Dan sekarang kau tahu pacarmu adalah manusia yang tidak pantas bersamamu, karena ternyata dia adalah manusia yang mengecewakan. Ke pacarnya aja berani, apalagi ke orang lain. Masihkah akan engkau tangisi orang macem itu kalau pergi?"

Lalu kata si Heru. "Ayah pernah bilang tujuan pacaran adalah untuk putus. Bisa karena berpisah, bisa karena maenikah". Betul, Heru. Nah. Satu tujuan sudah kau capai. Selamat ya. Mari rayakan dengan silakan dimakan kuenya.

Selain sedang sakit hati, Heru juga selalu nyuruh aku nutup mata setiap mau ngambil kue. Malu katanya.



** BERSAMA HERU AJID II***

"Patah hati itu, Heru, adalah juga potensi. Setidaknya dengan itu kamu bisa membuat puisi, bisa membuat lagu. Tidak selalu harus hal baik atau hal positif yang harus engkau salurkan. Hal-hal buruk pun sama, harus, Heru, biar tidak menggenang di tempatmu"

Mendengar kata-kataku, Heru Ajid harusnya nangis, tetapi tidak. Dia pergi ke dapur, untuk lalu kembali membawa sepiring nasi, 2 potong ayam goreng dengan sambal di sisi piringnya. "Makan, Yah", katanya sambil duduk lagi di kursi ruang tamu. Kukira dia lupa kalau ini rumahku. Tapi harus maklum, Heru Ajid sudah terlampau berlebihan menganggap ini sebagai rumahnya sendiri.

"Tadi, pas makan kue, kamu malu. Kok kalau makan enggak?", aku nanya Heru Ajid. "Kalau makan mah prinsip, Yah. Kalau malu, bisa bahaya", katanya, "Yah, kenapa orang sakit?". Dia nanya. "Karena, ya, hatinya masih berfungsi, Heru". Hmm. Oke.

Atau sakit hati itu, karena kau nikmati, kalau tidak, sudah sejak lama akan kau abaikan. Kukira, masalah adalah apa yang kita anggap masalah, jika tidak, maka bukan. "Ayah, pernah disakiti oleh cewek?", Heru Ajid bertanya sambil ngunyah. "Pernah, Heru, tapi cintaku kepadanya, yang lebih besar dari itu, langsung bisa membantuku menyembuhkannya". Heru Ajid langsung memandangku dan senyum.



*** BERSAMA HERU AJID III*** 

Setelah Heru Ajid selesai makan, dia ngambil beberapa anggur dan sepotong semangka dari lemari es, lalu duduk kembali denganku di ruang tamu. "Sekarang Ayah masih berhubungan gak dengan mantan Ayah?", Heru Ajid nanya.

Jawabku:"Masih laah. Dia sekarang menjadi dutaku di kehidupan masa laluku. Tugasnya memberi data dan informasi tentang apa yang sudah terjadi di masa lalu". Heru Ajid tersenyum. "Untuk apa data dan informasi itu?".

"Banyak gunanya. Bisa untuk bahan introspeksi, bisa untuk naikin kualitas rindu. Bisa untuk data bikin lagu, tulisan, dan lain-lain. Banyaklah". Heru Ajid tersenyum lagi. "Tapi kan dia menyakitimu, Ayah?!" "Kan sudah kubilang, rasa sayangku kepadanya lebih besar dari rasa sakit itu, yang membantuku untuk bisa memberinya kesembuhan. Jika dia pergi, kukira itu lebih baik, maksudku insya Allah aku akan baik-baik saja. Yang aku takutkan adalah kalau aku yang pergi meninggalkannya, itu akan membuat aku terus merasa bersalah di sepanjang perjalanan hidupku"

"Ayah, bagusnya aku harus gimana?", tanya Heru Ajid seraya memandangku. "Tenang saja, Perpisahan tak menyedihkan, yang menyedihkan adalah apabila habis itu saling lupa. Tenang saja, Perpisahan tak menyakitkan, yang menyakitkan adalah apabila habis itu saling benci"
"Iya, Ayah".

TAMAT

http://www.djarumcoklat.com/kohfu

 

Sabtu, 12 Juli 2014

Harapan politik luar negeri Indonesia



Di era globalisasi saat ini, sebuah Negara tidak dapat mengucilkan diri tanpa berhubungan dengan Negara lain. Ini karena  Suatu negara  sama dengan  manusia yang tidak dapat memenuhi semua kebutuhan sendiri.  Dalam percaturan politik internasional,  Indonesia tidak memiliki alasan untuk lemah dengan negara lain. Geopolitik Indonesia sangatlah strategis dan memberikan posisi tawar kuat. Jumlah penduduk Indonesia terbesar ke-4 sedunia. Namun yang jadi masalah sekarang ialah bagaimana gambaran politik luar negeri di Indonesia ? apa sajakah peran Indonesia bagi dunia ? Seiring dengan banyaknya perubahan pada dunia yang lebih dikenal denagn globalisasi, bagaimanakah politik luar negeri Indonesia di era globalisasi ?

POlitik luar negeri Indonesia adalah bebas aktif. Bebas dalam pengertian Indonesia tidak memihak. Aktif dalam pengertian tidak pasif, yaitu peranan Indonesia dalam percaturan internasional tidak bersifat reaktif tetapi sesuai dengan cita-cita bangsa yang tercermin dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945.

Pertanyaannya kemudian, mengapa politik luar negeri bebas aktif? Bukankah konsep ini sudah usang karena dunia tidak lagi bipolar?

Di era politik internasional yang kompetitif pasca perang dingin dan melewati satu dasawarsa abad 21, pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif yang tidak berpihak dapt menjadi solusi aktif bagi perdamaian dunia. Perdamaian dunia yang berarti bebas konflik-konflik internasional.

Sampai saat ini kita masih mendengar konflik antara   Israel dan Palestina, Turki dan Suriah, Somalia dan Etiopia, Kamboja dan Thailand , Amerika dan Cina, serta banyak lagi. Jika kita melihat  konflik internasional tidak berhenti pasca perang dingin usai. Intensitas secara internasional memang berkurang drastis, tetapi konflik dunia seakan terpecah-pecah ke dalam skala yang lebih mikro. Konflik ini belum termasuk konflik internal di dalam sebuah negara, seperti kasus Rohingya di Myanmar, Mindanao di Filipina, perang obat bius di Meksiko dan Malaysia beberapa kali mengklaim budaya indinesia   dan masih banyak lagi. Bahaya laten terorisme global pun masih, dan sepertinya akan terus mengancam keamanan dunia entah sampai kapan.

Posisi Indonesia yang mampu tetap menerapkan politik luar negeri bebas aktif secara murni  justru menguntungkan, karena   ancaman terhadap bangsa kita, dilihat dari perpektif hubungan internasional, akan berkurang sehingga kita tidak mempunyai musuh di luar sana. Kita akan mampu berhubungan baik dengan Amerika, begitu pula dengan Cina, sama baiknya karena kita bebas berhubungan dengan siapa pun, dan aktif mewujudkan kepentingan bangsa yang selaras dengan kepentingan dunia. Kita tetap menjadi subjek dalam kancah politik internasional, sehingga memiliki posisi setara dengan bangsa lain.

Dalam lima tahun ke depan, fokus politik luar negeri Indonesia adalah memberikan arahan dalam proses integrasi di kawasan, khususnya integrasi negara-negara anggota ASEAN. Di kawasan tersebut, Indonesia bersama mitra dialog utamanya akan berhadapan dengan AS yang hyperpower, dan Uni Eropa yang juga besar. Oleh karena itu, perlu disadari tentang perlunya membangun integrasi kawasan. Hal tersebut bukanlah sebuah mimpi. Sebab jika ASEAN, Jepang, Korsel, dan China berhimpun, kekuatan tersebut akan sangat besar, baik itu di bidang ekonomi, militer dan pertahanan keamanan, sehingga bargaining position kawasan tersebut akan semakin besar ketika berhadapan dengan AS dan Uni Eropa. 

Pada sisi lain, Indonesia juga akan memainkan peranan penting dalam memajukan hubungan antarkawasan, khususnya Asia-Afrika. Kurang lebih 50 tahun setelah Konferensi Asia-Afrika (KAA), praktis tidak ada satu proses yang terinstitusikan untuk menindaklanjuti keputusan-keputusan yang sungguh monumental dalam KAA tersebut.

Bangsa dan negara Indonesia akan menata hubungan baru antar dua kawasan tersebut secara lebih terinstitusikan, dengan mengusulkan pertemuan puncak Asia-Afrika setiap tiga atau empat tahun sekali dan pertemuan tingkat menteri Asia-Afrika setiap dua tahun sekali. Bila hal-hal yang bersifat teknis sudah terlembagakan dengan baik, maka kerja sama perdagangan dua kawasan tersebut bisa lebih baik.

Indonesia juga kembali membangun struktur hubungan yang pernah ada sebelumnya dengan negara tetangga di sebelah timur, khususnya Papua Nugini, Australia, Selandia Baru, dan Timor Leste. South West Pacific Dialogue adalah forum yang melibatkan enam negara RI, Australia, Selandia Baru, Papua Nugini, Timor Leste dan Filipina.

Pondasi politik luar negeri Indonesia sudah cukup kokoh untuk lima tahun ke depan. Hanya permasalahannya sekarang adalah masih besarnya utang luar negeri, dan wilayah Indonesia menjadi medan baru perang melawan terorisme yang akan menjadi pusat perhatian internasional.

Kerjasama dan persahabatan antarbangsa perlu memanfaatkan berbagai forum dan organisasi internasional, meningkatkan peranan Indonesia dalam restrukturisasi , revitalisasi dan demokratisasi PBB, serta meningkatkan kerjasama antar Negara ASEAN, Asia Pasifik, Gerakan Nonblok, OKI, dan kerjasama antar kawasan. Di samping itu hubungan lua negeri perlu dikembangkan untuk meningkatkan citra Indonesia yang positif di luar negeri, meningkatkan investasi, meningkatkan pasar komoditas ekspor Indonesia dan melindungi kepentingan dan hak-hak warga Negara Indonesia di luar negeri serta aktif dalam memberikan bantuan kemanusian di luar negeri.

Senin, 07 Juli 2014

Ketahanan Energi Indonesia



Dari tahun ke tahun jumlah penduduk Indonesia sebagai salah satu negara berkembang di dunia terus mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tersebut menimbulkan berbagai dampak terhadap aspek kehidupan manusia salah satu aspek penggunaan energi.

Tanpa adanya energi maka kehidupan manusia tak dapat berjalan. Banyak sekali contoh yang dapat kita lihat, misalnya ketika manusia brangkat kerja dengan menggunakan kendaraan, kendaraaan tsb bergerak karena mengunakan sumber energi minyak bumi, saat mengeringkan pakaian, manusia membutuhkan energi matahari dan semua peralatan yang digunakan oleh manusia membutuhkan energi listrik, sebut saja rice cooker, lemari es, mesin susi, TV hingga komputer. 

Besarnya kebutuhan rakyat energi ternyata tidak diikuti oleh upaya pemerintah dalamm menciptakan energi terbarukan. Buktinya, pada 10 September 2008, Indonesia yang dulunya merupakan salah satu negara penghasil minyak terbesar didunia, harus mundur dari OPEC karena laju produksi minyak mentah yang terus turun, dari 1,6 juta barel per hari (bph) pada 1996 menjadi hanya sekitar 970 ribu bph tahun 2008.

Di sisi lain, Sejak 2004, produksi BBM domestik Indonesia sudah jauh di bawah total konsumsi. Pemerintah pun mengimpor BBM untuk memenuhi kebutuhan nasional yang terus melejit sejak 2004 hingga tahun ini.

Disparitas yang terlalu tinggi ini sangat berbahaya dan terus mengancam ketahanan energi Indonesia. Apalagi, faktanya pernerintah. Belum maksimal membangun energi alternatif untuk memenuhi kebutuhan nasional. Dan yang lebih membahayakan kebutuhan energi sebagian besar bahan bakar minyak.

Tanpa penemuan ladang minnyak dan kegiatan ekspolasi plorasi baru, cadangan minyak hanya cukup untuk 18 tahun, 60 tahun untuk gas dan 150 tahun untuk batu bara.

Kebijakan energi Indonesia sangat tertinggal jauh dibanding dengan negara-negara lainnya. Nagara lain sudah mulai diversifikasi, tak fokus pada minyak. Brasil misalnya, kini sudah mampu mengekspor surplus produksi bahan bakar etanol. Seperlima energi listrik Denmark berasal dari tenaga angin. India, di samping penghasil gasohol, juga memanfaatkan tenaga angin, biogas, dan biomasa.

Untuk mencapai ketahanan energi yang kuat dan berkesinambungana, tak mungkin hanya mengandalkan sumber energy fosil. Karena itu, semua kebijakan dan pengelolaan energi di semua tingkatan, termasuk pengguna, harus mengacu pada efisiensi, diversifikasi, konservasi, dan lingkungan. 

Memiliki ketahanan energi memang mahal dan sulit, tetapi tidak ada pilihan lain selain memulainya.  Selain menyediakan energi terbarukan, Pusat Studi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) menyarankan delapan kebijakan yang dapat dilakukan untuk mewujudkan ketahanan energi . Rekomendasi tersebut meliputi peningkatan meningkatkan efisiensi dan kualitas pemakaian energi fosil melalui pemakaian teknologi baru, penggantian seluruh atau sebagian teknologi yang sedang operasional, perubahan pendekatan desain, dan perubahan pada sisi manajerial.
Kemudian eksplorasi dan eksploitasi cadangan baru energi fosil dan energi konvensional di berbagai lokasi termasuk "deepwater", percepatan peningkatan pemanfaatan energi terbarukan, dan pemanfaatan energi nuklir untuk pemenuhan kebutuhan energi nasional secara masif dan berkelanjutan. 

Indonesia sesungguhnya memiliki sumber energi yang besar jika dapat dikelola dengan benar. Manfaatnya langsung ke sektor penerimaan negara. Dengan begitu, Indonesia bisa mewujudkan ketahanan energi. Dengan tengant waktu 4 tahun, pemerintah kedepan masih memiliki kesempatan membuat langkah signifikan untuk mewujudkan ketahanan energi nasional.