Jumat, 24 Juni 2011

Belajar untuk mengerti

Smile
Dari kejauhan, lampu lalu-lintas di perempatan sudah menyala kuning. Jack segera menekan pedal gas kendaraannya… Jack terus melaju.. Priit! seorang polisi memintanya berhenti.. ia melihat siapa polisi itu.. yaitu Bob, temannya semasa SMA dulu… legalah Jack.
“Hey Bob….. Duh, sepertinya saya kena tilang nih? Saya memang agak buru2. Istri saya sedang menunggu di rumah, hari ini Ia ulang tahun.. dan anak2 sudah menyiapkan segala sesuatunya.
Tentu aku tidak boleh terlambat, dong.” “Saya mengerti. Tapi, sebenarnya kami sering memperhatikanmu melintasi lampu merah di persimpangan ini.” Dengan ketus Jack menyerahkan SIM lalu menutup kaca jendelanya. Bob terlihat menulis surat tilang dan setelah agak lama, Bob kembali dan mengetuk kaca jendela. Jack memandangi wajah Bob dengan penuh kecewa.
Dibukanya kaca jendela itu sedikit.. cukup untuk memasukkan surat tilang dan Bob kembali ke posnya..
Jack mengambil surat tilang, tapi, ternyata SIMnya dikembalikan bersama sebuah nota..
Nota apa ini? Buru2 Jack membuka dan membaca nota yang berisi tulisan tangan Bob..
“Halo Jack, Taukahkamu Jack, aku dulu mempunyai seorang anak perempuan. Sayang, Ia sudah meninggal tertabrak pengemudi yang ngebut menerobos lampu merah, pengemudi itu dihukum penjara selama 3 bulan, begitu bebas, ia bisa bertemu dan memeluk ketiga anaknya lagi.., Sedangkan anak kami satu2nya sudah tiada.. Kami masih terus berusaha dan berharap agar Tuhan berkenan mengkaruniai seorang anak agar dapat kami peluk.., Doakan agar permohonan kami terkabulkan..
Berhati-hatilah.. dari Bob”
Jack terhenyak. Ia segera keluar dari kendaraan mencari Bob, tapi Bob sudah meninggalkan posnya..
Sepanjang jalan pulang ia mengemudi perlahan dengan hati tak tentu sambil berharap kesalahannya dimaafkan.
Renungan,
Tidak selamanya pengertian kita harus sama dengan pengertian orang lain.. Bisa jadi suka kita tak lebih dari duka orang lain.. Hidup ini sangat berharga, jalanilah dengan penuh hati-hati,  dan hargailah orang-orang disekitarmu kawan :)

bicaralah dengan hati

hati_senyum
Tak ada musuh yang tak dapat ditaklukkan oleh cinta.
Tak ada penyakit yang tak dapat disembuhkan oleh kasih sayang.
Tak ada permusuhan yang tak dapat dimaafkan oleh ketulusan.
Tak ada kesulitan yang tak dapat dipecahkan oleh ketekunan.
Tak ada batu keras yang tak dapat dipecahkan oleh kesabaran.
Semua itu haruslah berasal dari hati anda.
Bicaralah dengan bahasa hati, maka akan sampai ke hati pula.
Kesuksesan bukan semata-mata betapa keras otot dan betapa tajam otak anda, namun juga betapa lembut hati anda dalam menjalani segala sesuatunya.
Anda tak kan dapat menghentikan tangis seorang bayi hanya dengan
merengkuhnya dalam lengan yang kuat. Atau, membujuknya dengan berbagai
gula-gula dan kata-kata manis. Anda harus mendekapnya hingga ia merasakan detak jantung yang tenang jauh di dalam dada anda.
Mulailah dengan melembutkan hati sebelum memberikannya pada keberhasilan anda.

Kamis, 23 Juni 2011

Tujuan hidup = menjadi biasa dan wajar kah?

Apakah anda pernah menontoh atau mendengar kisah dari Soe Hok Gie?

Pemuda yang dikenal lewat kiprahnya sebagai seorng aktivis Indonesia ini adalah mahasiswa fakultas sastra UI jurusan Sejarah tahun 1962-1969. Soe Hok Gie yang akhab di panggil dengan sebutan “Gie “ ini adalah seorang anak muda yang berpendirian teguh dalam memerangi prinsipnya dan rajin mendokumentasikan perjalanan hidupnya dalam buku harian.

Buku inilah  yang kemudia dterbitkan dengan judul catatan seorang Demonstran”.  Buku  yang menggambarkan perjuangan Gie  secara rapih, memberikan penerangan kepada kita betapa gigihya sorang gie dalam memperjuangan apa yang Ia yakini. Tak hanya bermodalkan suara yang lantang,  gie pun menggunakan segenap kecerdasannya dalam setiap  aksi demo yang ia ikuti.  Tak pelak banyak mata tertuju padanya. 

Meksipun suara gie berharga emas karena bias di dengar di tengah kondisi politik saat itu. Di masa – masa akhir perjuangannya sosok gie yang keras dan selalu bersuara inipun menginginkan suatu ketenangan.
Beberapa kisah yang sempat saya dengar, menjelaskan bahwa gie menutup matanya dalam sebuah keheningan di atas gunung. 

Seperti halnya gie, adakalanya ditengah perjalanan kehidupan yang menuntut kita untuk berlaripun, terkadang kita merindukan adanya sebuah keheningan. Suatu kondisi dimana kita dapat berprilaku wajar sehingga tak banyak hati yang terluka, suatu keadaan dimana diri kita, memiliki waktu untuk mendengar apa yang diinginkan oleh diri sendiri tanpa mempertimbangkan banyaknya aspek kehidupan. Suatu kondisi yang terrangkum dalam kata "DIAM" dan "Wajar' 

Sr, 23062011